Kata-Kata Bijak Pepatah Jawa Nasehat Hidup Bijak Terlengkap Paling Dicari

Kumpulan Pepatah Jawa Bijak
Kumpulan Pepatah Jawa Bijak/narasiinspirasi.com

Kata-kata bijak pepatah Jawa atau Paribasan Jawa adalah nasehat yang berisi falsafah hidup, berasal dari filosofi terdalam masyarakat Jawa. Pepatah Jawa atau paribasan Jawa telah semenjak lama diwariskan turun temurun dari para leluhur. Pada hakekatnya setiap manusia membutuhkan nasehat, oleh karena itu kata bijak selalu di cari. 

Baca Juga Raden Mas Panji Sosrokarto (Kakak RA Kartini) Sang Pangeran Jenius Dari Timur

Seperti yang telah kita pahami bahwa kata bijak pepatah Jawa atau paribasan Jawa kaya akan pesan moral dan ajaran luhur yang mengandung nasehat-nasehat hidup, sangat berguna bagi manusia yang menghendaki kebijaksanaan. Nasehat sebagai penuntun untuk kehidupan yang lebih baik. Berikut ini kami sajikan kata bijak pepatah Jawa atau Paribasan Jawa yang telah kami rangkum dari berbagai sumber.

Dari berbagai sumber termasuk buku, kami telah merangkum kata-kata bijak pepatah Jawa, berikut ini kami sajikan:


Bagian 1

1. Mburu uceng kelangan dheleg
Terobsesi dengan hal sepele yang tidak terlalu penting dan justru melewatkan hal-hal besar yang lebih bermakna dan lebih penting.

2. Esuk dhele sore tempe
Pribadi yang tidak konsisten antara ucapan, sikap ataupun perbuatan, cenderung berubah-ubah dan mudah terbawa oleh situasi karena prinsip atau pendirian yang tidak kokoh.

3. Cecak nguntal cagak
Mengharapkan atau menghendaki suatu hal yang mustahil, tidak selarasnya antara harapan dengan kemampuan.

Baca Juga Tahukah Kamu Arti Atau Makna Dari Petilasan?

4. Koyo banyu karo lengo
Tidak bisa menjalani hidup dengan rukun ibarat minyak dan air yang tidak pernah bisa menyatu.

5. Diwenehi ati ngrogoh rempela
Sifat dasar manusia yang tidak pernah merasa cukup dan selalu merasa kurang, hati selalu diliputi oleh keserakahan atau ketamakan, manusia yang berbudi luhur akan selalu bersyukur atas nikmat yang Tuhan telah anugerahkan.

6. Emban cindhe emban siladan
Perilaku yang tidak adil dan pilih kasih.

Baca Juga Mistik Kejawen Wejangan Tentang Ngelmu Kasampurnan

7. Ojo Keminter Mundak Keblinger, Ojo Cidra Mundak Ciloko
Jangan pernah merasa paling pandai agar tidak salah arah, manusia yang selalu merasa dirinya unggul, merasa paling baik, serta rasa ke-Akuan dan keangkuhan yang tinggi akan berujung petaka. Jangan pernah berbuat curang/khianat, tetaplah rendah hati dan membumi agar kelak selamat dikemudian hari.

8. Ojo Adigang, Adigung, Adiguna
Menjaga kelakuan, jangan sombong dengan kekuatan, kedudukan, ataupun latar belakangmu, tetaplah rendah hati dan membumi.

9. Ojo Milik Barang Kang elok
Jangan mudah tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik dan indah karena dunia dan seisinya hakekatnya adalah ilusi dan kefanaan semata.

Baca Juga Bertapa dan Bersemedi Makna Filosofis Tapa Mendhem dan Tapa Ngeli

10. Aja Mangro Mundak Kendo
Jangan berfikir mendua agar tidak luntur niat dan semangat, fokuslah pada hal-hal dan kebaikan yang ingin dicapai dan berusahalah dengan bersungguh sungguh.

11. Kegedhen empyak kurang cagak
Pengeluaran yang lebih besar daripada pendapatan atau penghasilan. Filosofi ini mengajarkan manusia untuk senantiasa bergaya hidup hemat, hidup sewajarnya, tidak berfoya-foya dan tidak bergaya hidup boros.


12. Milih milih tebu oleh boleng
Terlalu banyak pertimbangan sehingga sulit untuk membuat keputusan, yang pada akhirnya justru menghasilkan hasil akhir yang tidak sesuai dengan yang diharapkan.

13. Kakehan gludug ora udan
Terlalu banyak berbicara tapi minim aksi. Satu aksi lebih baik daripada satu juta kata-kata.

Baca Juga 6 Hal Yang Terbuat Dari Janur Dalam Tradisi Pernikahan Jawa

Bagian 2

1. Urip Sadermo Nglakoni Tumekaning Takdir
Menjalani takdir dengan tulus, ikhlas dan bersyukur agar hidup menjadi tenteram dan damai.

2. Sak Bejo-bejone Wong Kang Lali Isih Bejo Wong Kang Eling Lan Waspodo
Manusia yang memahami asal muasal dan tujuan penciptaan, akan selalu mengingat Tuhan (Eling), menjauhi larangan melaksanakan perintah Nya dan berikhtiar di jalan kebenaran (Waspada) 

3. Wong jowo ilang jawane
Orang Jawa yang kehilangan jati dirinya. Kehilangan adab tata kramanya, tidak mengerti bahkan membuang ajaran atau kaweruh leluhurnya. Budaya adalah jatidiri, jatidiri adalah identitas, kehilangan identitas akan melahirkan krisis kemanusiaan.

Baca Juga Toleransi Dalam Falsafah Ajaran Hidup Masyarakat Jawa

4. Becik ketitik olo ketoro
Setiap perbuatan, kebaikan ataupun keburukan suatu saat akan memperoleh pembalasan.

5. Kacang manut lanjaran
Anak akan mengamati, meniru, serta mengikuti perilaku, sikap ataupun tingkah laku dari orang tuanya. Orang tua yang baik tentu akan memberi contoh atau mengajarkan budi pekerti, adab dan sopan santun yang luhur kepada anaknya. 

6. Nandur ngunduh, tlaten panen
Usaha yang sungguh-sungguh, telaten, dan sabar suatu saat akan menuai hasil yang dicita citakan.

Baca juga 50 Pepatah Jawa Kuno Kata Bijak Jawa Nasehat Kehidupan

7. Mendhem njero mikul nduwur
Ajaran agar selalu menjunjung tinggi harkat dan martabat orang tua, serta mengubur dalam-dalam aib atau keburukan dari orang tua.

8. Ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tutwuri handayani
Menjadi pribadi yang memberi panutan dan contoh yang baik di khalayak masyarakat, di depan memberi suri tauladan, di tengah masyarakat membangun kekuatan, dan di belakang memberikan motivasi atau dorongan.

9. Witing tresno jalaran soko kulino
Cinta welas asih dan kasih sayang akan tumbuh karena terbiasa.

Baca Juga Makna Filosofis Sesajen Jawa, Cok Bakal dan Ubo Rampe

10. Wong Sing Rumongso Pinter Tondo Yen Bodho
Manusia dengan rasa angkuh dan rasa ke-Akuan yang tinggi selalu memandang diri lebih baik atau lebih pintar dari yang lain,  manusia yang beranggapan seperti itu sesungguhnya adalah manusia yang masih bodoh karena dibutakan oleh keangkuhan

Bagian 3

 1. “Tansah ajeg mesu budi lan raga nganggo cara ngurangi mangan lan turu”.
Bertirakat dengan cara mengurangi makan minum dan tidur bertujuan mengontrol hawa nafsu untuk melatih akal budi dan raga agar menjadi manusia yang bijaksana.

2. “Kawula mung saderma, mobah-mosik kersaning Hyang sukmo”.
Manusia hanyalah makhluk yang serba terbatas, segala daya dan upaya tidak lepas dari kehendak, takdir ataupun ridha dari Sang Gusti/Tuhan Maha Kuasa atas segalanya

3. “Ambeg utomo, andhap asor”.
Selalu mngutamakan kerendahan hati

Baca Juga Arti Makna Filosofis Takir Jawa

4. “Ora kena nglarani”
Selalu berwelas asih kepada sesama, jangan saling menyakiti dan melukai

5. “Golek sampurnaning urip lahir batin lan golek kasampurnaning pati”.
Mencari kesempurnaan hidup lahir maupun batin, kebaikan hidup di alam dunia dan mencari kesempuranan dalam mati, atau kesempurnaan untuk kehidupan di alam akherat yang kekal

6. “Ala lan becik iku gegandhengan, Kabeh kuwi saka kersaning Pangeran”.
Kebaikan dan keburukan itu tercipta bergandengan dalam hakekat hukum keseimbangan alam semesta dan saling tercipta keterkaitan diantara keduanya, itu semua tidak lepas dari kehendak dan ketetapan Tuhan.

7. “Manungsa mung ngunduh wohing pakarti”.
Kehidupan manusia baik dan buruk adalah akibat dari perbuatan manusia itu sendiri.

Baca Juga Ngalah Ngalih Ngamuk Untuk Keselarasan dan Keharmonisan 

8. “Narimo ing pandum”.
Menerima segala ketetapan Tuhan dengan ikhlas dan senang hati

9. “Adigang, adigung, adiguno “.
Menjaga kelakuan, jangan sombong dengan kekuatan, kedudukan, ataupun latar belakangmu, tetaplah rendah hati dan membumi.

10. “Urip kang utama, mateni kang sempurna”.
Selama hidup kita melakukan perbuatan baik maka kita akan menemukan kebahagiaan di kehidupan selanjutnya

11. “Mohon, mangesthi, mangastuti, marem”.
Selalu meminta petunjuk Tuhan untuk meyelaraskan antara ucapan dan perbuatan agar dapat tercipta keharmonisan serta berguna bagi sesama

12. “Alam iki sejatining Guru”.
Alam adalah guru yang sejati, manusia mempelajari pola-pola kehidupan dan menemukan kebenaran Tuhan dari alam semesta dengan segala pertandanya

Baca Juga Filosofi Hidup Ayem Tenterem Mengejar Ketenteraman dan Kedamaian

13. “Gusti iku cedhak tanpa senggolan, adoh tanpa wangenan”.
Tuhan itu dekat meski tubuh (fisik) manusia tidak dapat menyentuhnya dan akal manusia tidak dapat menjangkaunya

14. “Memayu hayuning pribadi; memayu hayuning kulawarga; memayu hayuning sesama; memayu hayuning bawana”.
Berbuat baik bagi diri sendiri, keluarga, sesama manusia, makhluk hidup dan seluruh alam semesta

15. “Natas, nitis, netes”.
Dari Tuhan kita ada, bersama Tuhan kita hidup, dan bersatu dengan Tuhan kita kembali

16. “Aja mbedakake marang sapadha-padha”.
Berlakulah adil semenjak dalam pikiran dan tindakan, jangan membeda-bedakan sesama manusia.

17. “Rela lan legawa lair trusing batin”.

 Bagian 4

1. Urip Iku Urup
Hidup ibarat nyala cahaya, seperti nyala yang menghangatkan dari kedinginan dan nyala yang menerangi kegelapan. Hidup yang mulia hendaknya adalah hidup yang dijalani dengan menebar darma dan kebaikan, tidak merusak, tidak merugikan, tidak menyengsarakan serta memberi manfaat kepada sesama.

2. Memayu Hayuning Bawana, Ambrasta dur Hangkara
Manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan, kesejahteraan bagi seluruh alam semesta beserta isinya (membangun keselarasan dan keharmonisan dengan alam semesta); memberantas sifat angkara, serakah, sombong, amarah, iri, dengki serta menjalani hidup dengan keluhuran budi pekerti.

3. Sura Dira Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti
Segala sifat keras hati, picik dan angkara akan kalah dengan keluhuran budi pekerti yang bijaksana, lembut hati, sabar dan mulia.

4. Ngluruk Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake, Sekti Tanpa Aji-Aji, Sugih Tanpa Bandha
Menyerbu tanpa membawa pasukan (mengasah kemampuan atau kualitas diri pribadi); Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan; Sakti tanpa aji berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan, kekuatan; kekayaan atau keturunan; Kaya tanpa didasari materi yang sifatnya kebendaan.

5. Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan 
Jangan mudah sakit hati manakala musibah menimpa diri; Jangan pula mudah sedih manakala kehilangan sesuatu. Tuhan Maha Kuasa atas segala yang ada di alam semesta beserta isinya, tiada apapun di dunia ini kecuali karena sudah kehendak Nya. Berjiwa besar, lapang dada dan ikhlas menerima adalah sikap yang kesatria.

6. Sepi ing Pamrih Rame ing Gawe, Banter tan Mbancangi, Dhuwur tan Ngungkuli
Bekerja keras dan tulus ikhlas tanpa pamrih; Cepat tanpa harus mendahului; Tinggi tanpa harus melebihi. Rendah hati, berbudi pekerti luhur dan membumi.

7. Aja Gumunan, Aja Getunan, Aja Kagetan, Aja Aleman
Jangan mudah terheran-heran; Jangan mudah menyesal; Jangan mudah terkejut; Jangan kolokan atau manja. Jangan berlebihan menyikapi sesuatu, bersikaplah sewajarnya, konsekwen dalam keputusan serta tindakan.

8. Aja Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman
Janganlah terobsesi atau terkungkung oleh keinginan atau nafsu untuk memperoleh jabatan/kedudukan, kekuasaan, kebendaan dan kepuasan yang sifatnya adalah keduniawian.
9. Aja Kuminter Mundak Keblinger, Aja Cidra Mundak Cilaka
Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah; jangan berbuat curang atau khianat agar kelak selamat dan tidak celaka di kemudian hari.

10. Aja Milik Barang Kang Melok, Aja Mangro Mundak Kendo
Jangan tergiur oleh wujud fisik atau hal-hal yang tampak mewah, cantik dan indah; Jangan berfikir mendua, tetap fokus dan konsentrasi kepada tujuan supaya tidak kendor niat dan tidak kendor semangat untuk mencapai keberhasilan.

11. Aja Adigang, Adigung, Adiguna
Jangan merasa kuasa, jangan merasa besar, jangan merasa sakti. Jangan berbuat semena-mena karena kesombongan dan keangkuhan akan mencelakakan.

12. Alon-alon waton klakon
Pelan namun pasti. Filosofi ini mengisyaratkan tentang kehati-hatian, kewaspadaan, ketekunan, keuletan, dan yang paling utama adalah ajaran tentang makna kesabaran. 

Baca Juga Tahukah Kamu Arti Atau Makna Dari Petilasan?

13. Nrimo ing pandum
Makna dari filosofi ini adalah menerima dengan tulus ikhlas takdir/ketetapan dari Tuhan (keikhlasan). Setelah berikhtiar dan bekerja keras diiringi dengan doa, berikutnya tugas manusia adalah berpasrah kepada Tuhan, dan menerima dengan ikhlas segala ketetapan atau takdir-Nya agar hati menjadi damai dan tenteram.

14. Saiki jaman edan yen ora melu edan ora komanan, sing bejo sing eling lan waspodo.
Zaman sekarang adalah zaman edan yaitu zaman penuh angkara, fitnah, muslihat dan ketidak jujuran. Kemosrotan moral terjadi disegala lini kehidupan. Orang baik disingkirkan orang jahat diberi kepercayaan, namun yang harus diingat bahwa yang kelak akan selamat adalah orang-orang yang tetap mengingat Tuhan (eling) dan berjuang menegakan nilai-nilai kebenaran/keadilan (waspada)


15. Mangan ora mangan sing penting ngumpul'
Makan tidak makan yang penting kumpul bukan berarti tetap berkumpul meskipun hidup sengsara/susah, kata bijak harus dimaknai secara bijak pula, nilai moral utama dalam kalimat ini adalah kekeluargaan, keluarga itu tetap yang utama, bukan berarti merantau jauh dari keluarga untuk mencari rezeki/ilmu atau memperbaiki nasib itu tidak penting, itu sangat penting, tapi tetap ingatlah keluargamu dan dari mana engkau berasal, suatu ketika jika waktu telah mengizinkanmu untuk pulang maka pulanglah.

16. Wong Jowo ki gampang di tekuk-tekuk.
Orang Jawa mudah ditekuk tekuk, ungkapan ini mengisyaratkan fleksibelitas dari orang Jawa dalam menjalani kehidupan. Kemudahan bergaul dan kemampuan hidup (beradaptasi) di segala level tingkatan kehidupan manapun, baik ketika miskin, kaya, pejabat atau pesuruh sekali pun. Orang yang memegang filosofi ini akan selalu giat bekerja, tangguh dan selalu ulet dalam meraih cita-cita.

Baca Juga Mistik Kejawen Wejangan Tentang Ngelmu Kasampurnan

17. Sing Sabar lan Ngalah Dadi kekasih Allah
Yang sabar dan mengalah akan menjadi kekasih Allah. Ungkapan ini bermakna bahwa orang yang mampu bersabar, halus budi dan mengalah adalah orang-orang yang dekat dengan Tuhan (memiliki level keimanan yang tinggi).

18. Sing Prihatin Bakal Memimpin
Siapa yang berani berjuang, berusaha keras, mengambil tanggung jawab, meskipun hidup prihatin dan mengalami kesengsaraan akan menjadi satria atau pemimpin.

19. Sing Resik Uripe Bakal Mulya 
Siapa yang bersih akan mulia hidupnya. Bersih dapat diartikan menjalani hidup dengan prinsip kebenaran yaitu menjauhi larangan Tuhan dan mengamalkan perintah Tuhan.

20.  Sukeng tyas yen den hita
Pribadi yang berjiwa besar dan lapang dada adalah pribadi yang hatinya tidak sempit, yaitu pribadi yang bersedia menerima kebenaran yang datangnya dari siapapun, meskipun dari orang miskin, orang kaya, pejabat, ataupun orang mlarat sekalipun, berjiwa besar untuk bersedia menerima kritik, nasihat, saran maupun teguran.

21. Jer basuki mawa beya
Untuk memperoleh keberhasilan/kesuksesan dalam usaha mencapai tujuan atau cita-cita, kerja keras dan pengorbanan itu diperlukan. Termasuk berkorban waktu, tenaga, modal, pikiran dsb.

22. Ajining dhiri dumunung ing kedhaling lathi
Bernilai tidaknya seorang manusia dapat diukur dari ucapan yang keluar dari mulutnya. Tentu saja seorang satria yang berbudi pekerti luhur tidak akan besar mulut dan akan tepat janji, tidak berkhianat serta menjaga lisan nya.

23. Ajining raga dumunung ing busana
Bernilai tidaknya pribadi seseorang/kualitas seseorang bisa diukur dari tata berbusananya. Tentu saja tata cara berbusana yang sesuai dengan kaidah waktu atau tempatnya, yang sopan dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai moral yang berlaku saat itu. 

Baca Juga Pujangga Jawa Raden Ngabehi Ranggawarsita Serat Kalatidha dan Zaman Edan

24. Amemangun karyenak tyasing sesama
Membangun harmoni dan keselarasan dengan sesama makhluk hidup.

25. Kridhaning ati ora bisa mbedhah kuthaning pasthi
Kehendak hati manusia tidak akan bisa mengubah ketetapan yang sudah digariskan oleh Tuhan. Ketetapan Tuhan adalah suatu kepastian yang tidak bisa diganggu gugat, sikap manusia yang luhur adalah bersabar dan ikhlas serta memelihara prasangka yang baik. 

26. Budi dayane manungsa ora bisa ngungkuli garise Kang Kuwasa
Manusia tidak bisa melawan takdir/garis hidup yang sudah ditetapkan oleh Tuhan. Filosofi ini mengajarkan manusia untuk selalu berusaha keras atau berusaha dengan sungguh-sungguh, namun dibalik setiap usaha manusia Tuhanlah yang mengatur segalanya, tugas manusia hanya berikhtiar/berusaha dengan sungguh sungguh dan menerima dengan ikhlas setiap takdir Tuhan. 

Baca Juga Tahukah Kamu Arti Atau Makna Dari Petilasan?

27. Tan ngendhak gunaning janma
Saling menghormati, tidak saling merendahkan, mengargai atas dasar kemanusiaan, agar tercipta keselarasan dan keharmonisan kehidupan.

28. Sepiro duwurmu ngudi kawruh, sepiro jeromu ngangsu ngilmu, sepiro akehe guru ngajimu tembe mburine mung arep ketemu marang sejatine.
Setinggi-tingginya manusia mencari pengetahuan, sedalam dalamnya manusia mencari ilmu, sebanyak banyaknya manusia memiliki guru, hakekatnya setiap manusia akan kembali kepada Sang Sejati.

29. Sekti tanpo aji digdoyo tanpo guru
Sakti tanpa aji hebat tanpa berguru. Filosofi ini menjelaskan tentang manusia-manusia istimewa pilihan Tuhan yang memiliki level keilmuan/kemampuan di atas rata-rata manusia biasa. Tidak menyimpang perilakunya berbudi luhur tindak-tanduknya, welas asih sifatnya.

Baca Juga Hoax dan Propaganda di Era Post Truth