Narasi Inspirasi

  • Home
  • Menu
  • _Puisi
  • _Politik
  • _Jawa
  • _Sejarah
  • _Today Inspiration
  • _Pertanian
  • _Peternakan
  • Sitemaps
  • Privacy Policy
  • Contact
  • About Us

Birokrasi digital pelayanan publik
Anti Korupsi/narasiinspirasi.com

Oleh

Risqi Putra Satria
Ig : rizqiputrasatria
(Malang Cerah, 10 April 2021) 

Zaman begitu cepat berubah seiring perkembangan teknologi informasi. Era disrupsi dikenal sebagai era yang begitu cepat mengubah wajah layanan publik, era yang melahirkan musuh-musuh tak terlihat dan klandestin. Masyarakat mendapat informasi dari berbagai sumber. 

Maka ketika akses informasi dari birokrasi pemerintahan tersumbat, bisa jadi warga sudah mendapatkan alternatif informasi yang dibutuhkan dari sumber yang lain, bisa informasi yang benar atau malah informasi yang mengaburkan fakta. Demikian juga berlaku dalam bidang birokrasi dan pelayanan publik yang turut ikut tergerus oleh disrupsi.

Baca Juga Konflik Timur Tengah Bergeser ke Pasifik, Konstelasi Konflik Laut Cina Selatan

Di era teknologi digital yang serba praktis dan efisien birokrasi harus bisa menyelaraskan diri. Reformasi birokrasi berupa birokrasi digital berkembang menjadi kebutuhan yang sangat mendesak. Tidak mengherankan jika para pembentuk undang-undang sudah mewanti-wanti akan pentingnya eksistensi perkembangan pelayanan ke dalam unsur-unsur administrasi pemerintah, misalnya dalam tata naskah dinas, perizinan online, laporan RAB anggaran online dll. Terbukti dalam pengakuan atas keputusan berbasis elektronik dalam UU No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan. (Untuk telaah tentang Disruptive Bureaucracy, bisa membaca buku Rhenald Kasali, Disruption, cetakan 2017).

Baca Juga Bung Hatta Marah dan Tersinggung Kepada Bung Karno Karena Manipulasi Sejarah

Ketika Presiden Joko Widodo memerintah Indonesia, slogan Revolusi Mental bergema. Para anggota kabinetnya menyemai benih-benih revolusi mental itu ke dalam wilayah tugasnya masing-masing. Tak terkecuali Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Yasonna H. Laoly. Bagi Yasonna, birokrasi digital tak lain adalah revolusi mental. 

Revolusi ini tak berhenti pada perubahan pola pikir dan sikap kejiwaan, tetapi juga konsekuensi turunannya dalam bentuk perubahan kebiasaan (moralitas) dan perwujudan karakter yang menyatukan pikiran, bahkan sikap dan tindakan. Reformasi birokrasi adalah bentuk nyata dari revolusi mental itu sendiri.

Baca Juga Marhaen dan Marhaeni Hari Ini, Marhaenisme Sebagai Spirit Perjuangan

Dalam buku terbarunya, Birokrasi Digital (September 2019), Yasonna memaparkan beragam argumentasi tentang pentingnya melakukan reformasi birokrasi sebagai perwujudan revolusi mental. Tentu saja ini penting dilakukan, lantaran birokrasi merupakan instrumen penting dalam masyarakat modern yang tak mungkin terelakkan. Melalui pelayanan publik, birokrasi bertujuan mewujudkan kesejahteraan rakyat.

Maka dari itu,"Birokrasi" dapat menjadi indikator menilai performa pemerintahan kepada rakyatnya. Lambat laun, penilaian itu berimbas pada kepercayaan publik terhadap pemerintah (hal: 6-7). Pembaca akan mendapatkan uraian bagaimana Yasonna melihat pentingnya menerima dan menjalankan birokrasi digital dalam pelayanan publik. Urgensi itu tidak hanya dilihat dalam kacamata teori saja, namun juga berdasarkan pengalaman beliau sebagai MENKUMHAM (2014-2019).

Baca Juga Kontroversi Hari Lahir Pancasila, Siapa Tokoh Perumus Pancasila?

Secara teori, sudah banyak penelitian yang mengupas tentang wajah birokrasi Indonesia. Contohnya model Bureaucratic Policy yang dibuat oleh Karl D. Jackson (1978) yang mana model birokrasi ini lebih menekankan pada peran-peran pemegang kekuasaan, dan menyingkirkan peran masyarakat sipil di pemerintahan. Hans-Dieter Evers (1990) melihat birokrasi Indonesia berproses ala Parkinson dan ala Orwel. 

Birokrasi ala Parkinson menggambarkan wajah birokrasi yang memperbesar sosok kuantitatif. Hal ini tergambar nyata dalam jumlah pegawai negeri sipil Indonesia yang terhitung gemuk. Birokrasi ala Orwel memperlihatkan model perluasan kekuasaan pemerintahan untuk mengontrol berbagai lini kehidupan masyarakat, terkadang dengan cara paksaan sekalipun.

Baca Juga Diantara Persimpangan Yang Membingungkan, Dampak Positif RUU Cipta Kerja (RUU Omnibus Law) 

Dari sisi kultural, Yasonna menulis, birokrasi Indonesia juga bersifat patrimonial. Ini ditandai pandangan bahwa jabatan dianggap sebagai sumber kekayaan dan keuntungan . Para pejabat disaring dan terpilih berdasarkan kriteria pribadi. Setiap tindakan diarahkan pada relasi pribadi dan politik. 

Para pejabat saling berkelindan untuk mengontrol fungsi politik dan fungsi administrasi (hal: 94). Dalam konteks ini, beliau melihat pentingnya pengembangan birokrasi digital berkorelasi sebagai upaya dan solusi untuk pencegahan tindak pidana korupsi.

Baca Juga Menggugat Pemira Pemilwa Universiatas Brawijaya, Pemira Pemilwa Sudahkah Ideal? 

Ia menyebutkan bahwasanya sumber penyakit birokrasi Indonesia dapat diidentifikasi pada dua lokus, yaitu internal dan eksternal. Lokus internal adalah perilaku korup birokrasi Indonesia, ditambah minimnya pengawasan (monitoring & controling). “Sistem pengawasan atasan bawahan praktis tak mungkin terjadi dalam sistem yang korup secara bersama-sama,” begitu yang ia tulis dalam bukunya (hal: 172). 

Selanjutnya adalah lokus eksternal, penyakit korup dalam birokrasi dapat disebabkan oleh relasi antar berbagai sistem terkait, misalnya kooptasi dan politik. Relasi antara pengusaha dan penguasa jika tak terkontrol justru dapat "menyuburkan" praktek korupsi. Jumlah kepala daerah yang tersandung kasus korupsi terus bertambah (sebagian karena terkena operasi tangkap tangan KPK).

Baca Juga Islam Sontoloyo Era Masa Kini

Korupsi itu laksana "flu burung" yang menyerang tanpa ampun ke seluruh organ negara. Oleh karena itu, korupsi dia sebut sebagai kejahatan luar biasa (extraordinary crime), dan agenda pemberantasannya pun semestinya menggunakan cara-cara yang berbeda dan inovatif. Ia menulis bahwa korupsi akan sulit diberantas jika digunakan cara-cara yang biasa (hal: 167). Paragraf ini mungkin akan menjadi catatan kritis pembaca terhadap sepak terjang Yasonna dalam isu pemberantasan korupsi selama menjadi Menteri Hukum dan HAM, terutama pandangan-pandangannya tentang revisi UU KPK dan remisi bagi pelaku tindak pidana korupsi.

Terlepas dari kemungkinan catatan kritis itu, beliau memperlihatkan sebuah pembelajaran penting birokrasi digital di layanan administrasi hukum umum (AHU). Pelajaran dari izin pelayanan pendirian perseroan terbatas, misalnya dari hitungan berhari-hari berubah menjadi layanan hitungan menit. 

Baca Juga Spirit Kelahiran Bung Karno, Berdikari Dalam Bidang Ekonomi Wujud Nyata Kemandirian Bangsa. 

Dalam hitungan menit, pengguna layanan seperti notaris bisa langsung mencetak dokumen yang dibutuhkan (sepanjang telah memenuhi persyaratan). Layanan-layanan digital di bawah Kementerian Hukum dan HAM terus berkembang sehingga memudahkan masyarakat mendapatkan pelayanan publik.

Buku yang ditulis Yasonna ini berhasil menguraikan banyak dalil dan raison d’etre birokrasi digital. Para pembaca akan mendapatkan relasi antara rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan dengan sifat birokrasi yang tertutup dan berpeluang korupsi. Mau tidak mau, melalui birokrasi digital, praktek lancung korupsi, kolusi, dan nepotisme akan tergerus.

Baca Juga Usaha-Usaha Percobaan Pembunuhan Kepada Bung Karno Yang Pernah Gagal

Tentu saja, ada tantangan untuk menerapkan birokrasi digital. Mungkin akan ada perubahan budaya (culture set), dan mungkin juga perubahan nilai. Banyak sumber daya manusia yang akan kehilangan "kursi" karena tidak dibutuhkan lagi di era digital. Secara yuridis, tantangannya juga menyangkut keamanan siber. Sekali terkena serangan, imbasnya sangat masif. Pada akhirnya perubahan di birokrasi akibat era digital tak mungkin dihindari. Seperti kata filsuf Yunani Heraklitus dan Albert Einstein,"Yang abadi adalah perubahan itu sendiri."

Baca Juga Belajar Berlogika Biar Agak Waras, Filsafat Logika Dasar

Dan untuk mereka yang berubah menjadi lebih baik, Yasonna memberikan apa yang dia sebut sebagai "wejangan", yakni sebuah buku setebal 286 halaman. Praktek birokrasi digital perlu direplikasi ke lembaga lain maupun ke daerah lain.

Dalam buku ini tergambar pandangan dan pengalaman penulisnya sebagai pembantu presiden dalam mewujudkan "Nawacita". Harapannya satu, yaitu "pelayanan publik yang semakin baik". Membaca buku ini juga akan membuka "jendela" para pembaca tentang dunia birokrasi digital.

Baca Juga Menjaga Pancasila Untuk Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia

Source:

Evers, Hans-Dieter dan Tielman S. 1990. Kelompok-Kelompok Strategis: Studi Perbandingan tentang Negara, Birokrasi dan Pembentukan Kelas di Dunia Ketiga. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Jackson, Karl D. 1978. Bureaucratic Polity: A Theotrical Framework for The Analysis of Power and Communications in Indonesia. Berkeley: University of California Press.

Kasali, R. 2017. DISRUPTION. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Laoly, Y. H. 2019. BIROKRASI DIGITAL. Tangerang Selatan: PT Pustaka Alvabet.








  • 0 Comments

Contoh puisi tentang alam dan kehidupan
Puisi Tentang Alam dan Kehidupan/narasiinspirasi.com

Oleh
Fajar R. Wirasandjaya
(Timur Barat, 28 Maret 2021) 


Ia menunggu dalam rentang yang panjang
Memahami kebijaksanaan yang tersembunyi
Dari balik lumut bebatuan hutan yang sunyi
Dengan seksama mendengar nada semesta
Bergesekan merdu seperti buluh-buluh bambu

Betapa sajak yang ia ukir telah bersinggasana dengan megah? 
Dikelilingi oleh lembah dari bukit-bukit yang menjulang gagah? 
Mega jingga perlahan berarak di cakrawala
Semesta raya tak lagi kuasa menahan gulita

Biar saja bukit berteriak menjerit... 
Biar saja tanah tenggelam dalam basah
Kereta kerbau melaju pelan tanpa risau
Menyibak ilalang tanpa penghalang
Hujan gemericik tak lagi mengusik
Bergegas air mengalir deras menuju tasik... 

Burung nuri telah singgah kesana kemari
Mengumbar keindahan namun tak berarti
Apa yang sesungguhnya sedang ia cari? 
Manis tambur madu di pucuk pelana tua
Mengantarkan menuju embun pagi yang buta

Biarlah ia perlahan lenyap dalam senyap
Hilang bersama binatang-binatang malang
Berkelana sendiri berkawan dengan sunyi
Mengubur semua simbol kesombongan diri
Tumbuh mekar diantara pijakan yang kekar

Baca Juga

Puisi Politik dan Agama: Aku Mabok Agama

Puisi Tentang Rindu: Jalan Semesta

Puisi Tentang Sunyi: Mawar Sunyi Bersemi


  • 0 Comments

Wajik Jawa
Wajik Jajanan Tradisional Nikmat/narasiinspirasi.com

Oleh
Fajar R. Wirasandjaya
(Malang Semilir, 10 Maret 2021)

Daftar Isi Artikel :
  1. Perjalanan Pagi
  2. Mengenal Wajik
  3. Makna Filosofis Wajik
  4. Kesimpulan

Perjalanan Pagi

Suasana pagi yang cerah diiringi kicau burung menemani pagi yang sederhana dan riang. Angin sejuk menghantarkan iring-iringan pesepeda menuju ke arah keramaian di pinggiran kota. Begitulah perjalanan pagi ini akhirnya telah tiba di sebuah pasar tradisional. Sekedar untuk refreshing mengusir jenuh dan mencari suasana baru. 

Baca Juga Kue Klepon Jajanan Tradisional Jawa yang Penuh Filosofi dan Makna Bijaksana

Nampak aktivitas warga yang hiruk pikuk tawar menawar barang jajaan. Tukang parkir dengan raut muka masam meniup peluit menertibkan pengunjung yang kurang rapi, maklum kendaraan yang terparkir jangan sampai mengganggu lalu lintas di jalan utama. Di seberang memang ada jalan raya utama yang terhubung dengan pusat kota, sering kali tersendat karena kendaraan pengunjung yang kurang tertib. 

Baca Juga Arti Makna Ucapan Rahayu Sagung Dumadi Kalis Ing Rubeda, Nir Ing Sambikala

Petualangan akan segera di mulai pagi ini, langkah kaki kemudian berlanjut menyusuri lorong-lorong sempit yang ramai pelapak. Banyak pedagang yang memanggil-manggil berusaha menarik perhatian, menawarkan dagangan agar selekas mungkin laku terjual. Perhatian dan fokus tetap tak teralihkan sesuai rencana awal, jalan-jalan hari ini bermaksud hati hendak menemukan jajanan pasar berupa kue wajik. 

Ya begitulah sarapan pagi kali ini akan diisi dengan hidangan pembuka berupa jajanan tradisional. Sambil menikmati udara pagi, di tengah pendopo kecil pinggiran taman kita akan merokok santai, sedikit merenung dan berfilosofi tentang jajanan tradisional Jawa yaitu kue wajik. 

Baca Juga Kumpulan Kata Bijak Pepatah Jawa Pegangan Hidup Orang Jawa Untuk Meraih Kesuksesan

Mengenal Wajik

Wajik (Bausastra Jawa/Kamus Bahasa Jawa) 

Wajik menurud Bausastra Jawa atau kamus Bahasa Jawa berarti : I kn. ar. panganan sing digawe saka kêtan karo gula; Jika diterjemahkan berarti adalah panganan yang dibuat dari beras ketan dan gula. 

Wajik adalah salah satu makanan tradisional Jawa berbahan dasar beras ketan, santan kelapa dan gula Jawa atau gula merah yang biasanya dibuat atau disajikan dalam upacara adat Jawa khususnya upacara pernikahan sebagai salah satu kudapan untuk menjamu dan menyambut tamu yang datang.

Baca Juga Arti Janma Limpad Seprapat Tamat dan Tanggap Ing Sasmita

Wajik memiliki rasa manis yang legit. Rasa manis yang mendominasi ini bisa menjadi pengawet alami. Kalau diolah dan dikemas dengan baik, jajanan ini mampu bertahan lebih kurang hingga 2 minggu.

Wajik yang biasa di kenal masyarakat luas adalah wajik yang berasal dari ketan atau wajik ketan. Wajik ketan terbuat dari beras ketan yang dikukus kemudian dimasak dengan campuran santan, dan gula hingga berminyak dan terasa lembut. Gula yang digunakan pada wajik jenis ini biasanya adalah gula merah. 

Baca Juga Kisah Sabdo Palon Sang Amongrogo Nagih Janji (Ramalan Jawa Kuno Tentang Kejayaan Nusantara)

Gula merah yang digunakan akan membuat wajik menjadi berwarna coklat muda hingga coklat tua. Setelah wajik diangkat dari tempat pengolahan, wajik kemudian akan dibentuk atau diiris sesuai dengan keinginan pembuat.

Wajik Ketan
Kue Wajik Resep Tradisional/narasiinspirasi.com

Bentuk yang biasa dibuat adalah belah ketupat atau jajar genjang. Bentuk belah ketupat atau jajar genjang oleh orang Jawa biasa disebut bentuk wajik, oleh karena itu kue ini bernama wajik. Kue wajik biasanya juga berbau harum karena dalam pengolahannya menggunakan tambahan daun pandan.

Baca Juga Tradisi Selamatan Kematian dan Perlengkapan Upacara Kematian Masyrakat Jawa

Wajik ketan selain berwarna coklat ada pula yang memiliki warna lain seperti warna hijau dan warna merah muda, tergantung selera pembuat. Warna hijau pada kue wajik umumbya berasal dari pewarna alami yaitu dari sari daun suji, sedangkan warna merah muda bisa didapat dari pewarna makanan. Wajik yang berwarna hijau dan merah muda tidak menggunakan gula merah melainkan menggunakan gula pasir.

Baca Juga Kejawen Ajaran Budi Pakerti Luhur Tanah Jawa

Filosofi Wajik

Wajik dimaknai sebagai "wajib/wani tumindak bêcik" artinya wajib berani dalam berbuat baik dan mengupayakan kebaikan. Berbudi pekerti yang luhur, teguh kepada keluhuran perbuatan. 

Berdasarkan bahan baku pembuatnya, wajik terbuat dari ketan yang lengket dan gurih berpadu dengan santan dan gula Jawa menghasilkan rasa manis, gurih dan legit.

Baca Juga Subali Tapa Ngalong dan Kisah Resi Subali ditipu Rahwana

Ketan yang bersifat lengket dan merekatkan melambangkab eratnya hubungan persaudaraan juga persahabatan. Penggunaan santan yang dalam bahasa Jawa disebut santên (sagêda paring pangapuntên) melambangkan harapan agar diri kita menjadi pribadi yang pemaaf. 

Pribadi yang tidak mendendam berwelas asih dan mudah memberi maaf pada siapapun, serta gula Jawa yang melambangkan harapan agar silaturrahmi dan hubungan yang dibangun agar senantiasa "manis", rukun dan harmonis. 

Baca Juga  80 Kata-Kata Bijak Bahasa Jawa Penuh Inspirasi dan Nasehat Hidup Yang Penuh Makna

Kesimpulan

Demikianlah filosofi dan pengajaran luhur yang dapat kita petik dari suatu hal yang sederhana. Alam semesta adalah guru yang terbaik mengajarkan kita tentang hikmah dari sebuah kebijaksanaan begitu pula dengan wajik, mengajarkan kita untuk senantiasa berani bertindak becik, berani berbuat baik dan selalu mengupayakan kebaikan. Semoga kita senantiasa dalam jalan kebaikan dan teguh dalam perbuatan, demikian tulisan ini harus saya akhiri semoga bermanfaat dan tetap menginspirasi. 

Baca Juga Tata Krama dan Etika Orang Jawa Dalam Bertamu, Menerima Tamu dan Memuliakan Tamu



  • 0 Comments


Kue klepon
Kue Klepon/narasiinspirasi.com

Oleh
Fajar R. Wirasandjaya
(Malang, 24 Februari 2021) 

Mengenal Klepon 

Hai guys pernahkah kamu makan kue klepon? Kalau kamu sering berjalan-jalan ke pasar, khususnya wilayah dengan penduduk mayoritas masyarakat Jawa, pasti kamu sering menjumpai makanan ini. Klepon tidak hanya disajikan secara tradisional, bahkan saat ini hotel-hotel pun mulai melirik klepon dan mengemas panganan ini secara elegan dan seringkali menghidangkan kepada para pengunjung sebagai hidangan pembuka atau penutup. Namun tahukah kamu filosofi bijak yang terkandung di dalam klepon? Yuk mari kita simak. 

Baca Juga Arti Makna Filosofis Takir Jawa

Klepon adalah sejenis makanan tradisional atau kue tradisional yang termasuk ke dalam kelompok jajan pasar. Makanan ini sangat disukai karena ada sensasi kenyal, gurih dan manis karena ada muncratan gula merah yang legit saat di dalam mulut. 

Baca Juga Arti Janma Limpad Seprapat Tamat dan Tanggap Ing Sasmita

Klepon biasa dijajakan dengan getuk dan cenil (juga disebut cetil) sebagai camilan di pagi atau sore hari. Warna klepon umumnya adalah hijau tergantung selera. Untuk klepon dengan warna hijau, perlu ditambahkan bahan pewarna dari daun suji atau daun pandan.

Makanan ini terbuat dari tepung beras atau tepung ketan yang dibentuk seperti bola-bola kecil dan diisi dengan gula merah lalu direbus dalam air mendidih. Setelah itu klepon digelindingkan atau ditaburi parutan kelapa muda. 

Baca Juga Kisah Sabdo Palon Sang Amongrogo Nagih Janji (Ramalan Jawa Kuno Tentang Kejayaan Nusantara)

Filosofi Klepon


Kue Klepon Jajanan Tradisional
Klepon Enak/narasiinspirasi.com

Klepon adalah lambang kesederhanaan

Bentuknya yang bulat, polos, dan hijau, merupakan lambang kesederhanaan. Namun siapa yang menyangka, dibalik “kesederhanaan” bentuknya, dia mempunyai rahasia yang tersembunyi disebalik isinya yaitu rasa manis yang tersembunyi, yang muncul dan meledak saat kita menggigitnya. Memang kita akan sering kali keliru ketika masih terjebak dan mengedepankan dimensi fisik daripada dimensi sifat. 

Baca Juga Kejawen Ajaran Budi Pakerti Luhur Tanah Jawa

Dari yang “sederhana” namun penuh “isi” itu menyiratkan kita akan makna hidup bahwa memang seharusnya kita ini rendah hati, sederhana, biasa saja, namun penuh makna, tidak perlu sorak-sorai untuk menjalani hidup karena orientasinya sudah bukan lagi kepada manusia tapi kepada Tuhan sebagai entitas pemilik kebenaran yang tertinggi. 

Baca Juga Subali Tapa Ngalong dan Kisah Resi Subali ditipu Rahwana

Tidak perlu sesuatu yang berlebih-lebihan, tidak perlu kesombongan, tidak akan risau karena cemoohan, tidak akan tinggi ketika dipuji, tidak akan tumbang ketika di maki. Sama seperti klepon yang diluarnya “sederhana” namun memiliki isi dan penuh makna, yaitu gula aren yang meleleh dan manis di dalamnya. 

Baca Juga  80 Kata-Kata Bijak Bahasa Jawa Penuh Inspirasi dan Nasehat Hidup Yang Penuh Makna

Klepon mengajarkan tentang perjuangan pantang menyerah

Salah satu proses dalam pembuatan klepon adalah klepon harus direbus terlebih dahulu ke dalam air yang mendidih. Saat gelindingan klepon dicemplungkan ke dalam rebusan, klepon akan langsung tenggelam ke dasar, baru kemudian mengapung dan muncul di permukaan. 

Baca Juga Tata Krama dan Etika Orang Jawa Dalam Bertamu, Menerima Tamu dan Memuliakan Tamu

Pelajaran yang dapat kita petik adalah tentang makna perjuangan dan fase kehidupan. Sesungguhnya kehidupan itu sangat dinamis, kehendak Tuhan adalah misteri, kewajiban kita sebagai manusia adalah agar terus berusaha, berikhtiar dan berjuang. Terkadang kita harus terpuruk, jatuh ke bawah dan mengalami fase terendah dalam hidup. 

Baca Juga Kerajaan Majapahit Kisah Kejayaan Maritim Nusantara dan Kapal Jung Raksasa Dari Jawa

Namun disetiap kesulitan pasti terdapat kemudahan. Kita harus bersusah payah dahulu, ibarat klepon yang direbus dalam air panas (mengalami kesulitan dan ujian), setelah mengalami "kematangan" barulah kita bisa terbebas dan berhasil untuk naik ke permukaan (terlepas dari keterpurukan). Kita akan mengalami proses yang panjang untuk mencapai posisi dan tempat di “atas” tersebut, perlu usaha dan kerja keras untuk mencapainya. 

Baca Juga Tradisi Selamatan Kematian dan Perlengkapan Upacara Kematian Masyrakat Jawa

Klepon Mengajarkan Tentang Kebersamaan

Klepon tidak pernah disajikan hanya satu biji saja. Dia selalu disajikan secara kolektif minimal 4 atau 5 biji klepon yang biasanya berdesakan satu sama lain dalam satu wadah beralaskan daun pisang. 

Baca Juga Ngalah Ngalih Ngamuk Untuk Keselarasan dan Keharmonisan 

Hal itu menunjukkan bahwa kebersamaan dan persatuan kolektif itu penting. Klepon yang hanya disajikan secara tunggal tidak akan banyak memberikan makna. Tetapi ketika disajikan secara kolektif klepon akan memberikan kesan yang berbeda bagi penikmatnya. 

Baca Juga Filosofi Hidup Ayem Tenterem Mengejar Ketenteraman dan Kedamaian

Sama seperti kehidupan, kita tidak boleh bersifat individualis, tidak peduli kepada orang lain, hanya mementingkan kepentingan pribadi dan diri sendiri. Kepentingan umum dan kepentingan bersama harus menjadi prioritas yang utama, jangan terbalik. Kita hidup berdampingan maka harmoni dan keselarasan adalah yang utama.  

Baca Juga Filosofi Wajik Ketan Jawa Jajanan Tradisional Yang Penuh Makna






  • 0 Comments
Tradisi Upacara Pemakaman Orang Jawa/narasiinspirasi.com

Oleh
Fajar R. Wirasandjaya
(Malang Terang, 01 Februari 2021) 

Kematian memang selalu menjadi salah satu momen yang paling menyedihkan dalam setiap perjalanan hidup manusia. Tidak ada satupun cara yang bisa kita lakukan sebagai manusia untuk menghindari momen yang dianggap menyedihkan ini. Secara umum pada saat keluarga ataupun kerabat meninggal biasanya cukup hanya di doakan lalu dimakamkan. Namun beberapa suku di Indonesia mempunyai cara, tradisi, ritual, uapacara, maupun adat istiadat yang dilakukan pada saat keluarga atau kerabat mereka meninggal dunia, demikian juga tradisi upacara pemakaman pada masyarakat suku Jawa. 

Daftar Isi Artikel
  1. Persepsi Kehidupan dan Kematian Bagi Orang Jawa
  2. Prosesi Upacara Pemakaman Orang Jawa
  3. Perlengkapan Upacara Pemakaman Orang Jawa
  4. Kesimpulan
  5. Referensi


Persepsi Kehidupan dan Kematian Bagi Orang Jawa


Mati dalam bahasa Jawa disebut dengan pejah. Konsepsi orang Jawa tentang kematian dapat dilihat dari cara bagaimana orang Jawa dalam mempersepsikan kehidupan.

Masyarakat Jawa merumuskan konsep aksiologis bahwa urip iki mung mampir ngombe (hidup ini cuma sekedar mampir minum). Atau dengan konsep yang lain, urip iki mung sakdermo nglakoni (hidup ini cuma sekedar menjalani) atau nrima ing pandhum (menerima apa yang menjadi pemberian-Nya). 

Baca Juga Arti Janma Limpad Seprapat Tamat dan Tanggap Ing Sasmita

Menurut pemahaman orang Jawa, setiap manusia telah digariskan oleh takdir. Baik atau buruk, bahagia atau derita, kaya atau miskin, hidup dan mati adalah buah dari ketentuan takdir yang harus diterima dengan sikap legawa. Sedangkan sikap legawa adalah situasi batin yang muncul karena suatu sikap nrima ing pandhum itu sendiri yaitu kemampuan diri untuk bersyukur dan ikhlas menerima segala bentuk kehidupan yang dikaruniakan Tuhan kepadanya. 

Dalam perspektif Jawa kematian hakekatnya adalah mulih (pulang ke asal mulanya). Orang Jawa memahami kehidupan dan kematian dalam filosofi sangkan paraning dumadi untuk mengetahui dari mana manusia berasal dan akan kemana tujuan manusia setelah hidup atau mati. Hal ini tersirat maknanya dalam kalimat tembang Dhandanggula :

Baca Juga Kisah Sabdo Palon Sang Amongrogo Nagih Janji (Ramalan Jawa Kuno Tentang Kejayaan Nusantara)

“Kawruhana sejatining urip ana jeruning alam donya
bebasane mampir ngombe
umpama manuk mabur
lunga saka kurungan niki
pundi pencokan benjang
awja kongsi kaleru
njan sinanjan ora wurung bacal mulih
umpama lunga sesanja
 mulih mula mulanira.” 

"Ketahuilah sejatinya hidup, hidup di alam dunia, ibarat perumpamaan mampir minum, ibarat burung terbang, pergi dan kurungannya, di mana hinggapnya besok, jangan sampai keliru, umpama orang pergi bertandang, saling bertandang, yang pasti bakal pulang, pulang ke asal mulanya" (Layungkuning, 2013: 109-110).

Baca Juga Kejawen Ajaran Budi Pakerti Luhur Tanah Jawa

Berbicara tentang hakikat kematian merupakan persoalan yang sangat rumit. Hakikat kematian dalam dimensi filsafat termasuk dalam ranah dan ruang lingkup ontologis. Penulis berpendapat bahwa kematian merupakan suatu fase dari sebuah pembebasan menuju kehidupan yang sebenarnya. Sebuah perjalanan sunyi yang menjadi awal dari terlepasnya belenggu kehidupan yang fana. Setiap yang bernyawa hakikatnya pasti akan merasakan mati dan hanya orang-orang yang mengerti tentang makna "kematian" itulah yang akan memahami tentang bagaimana cara dalam menjalani dan memaknai hidup. Tidak ada yang benar-benar mengerti tentang kematian sebelum kematian itu dialami sendiri. 

Baca Juga Subali Tapa Ngalong dan Kisah Resi Subali ditipu Rahwana

Rasulullah pernah bersabda bahwa sesungguhnya dunia itu merupakan belenggu (penjara) bagi orang-orang yang beriman. Syekh Siti Jenar menyatakan bahwa “dunia ini adalah alam kematian”. Hidup sesungguhnya hanyalah sebuah persiapan untuk memasuki kehidupan yang sebenarnya dan jika tidak siap, maka jiwa akan terperangkap ke dalam alam kematian kembali yang bersifat mayit atau bangkai. Hidup yang sebenarnya adalah hidup tanpa raga, karena raga telah banyak menimbulkan kesesatan. Raga adalah kerangkeng bagi diri atau jiwa yang menyebabkan manusia hidup dalam banyak penderitaan (Chodjim, 2002: 22-24).

Sesungguhnya hakikat hidup adalah kekal selamanya dan tak tertimpa kematian. Perputaran bumi pada porosnya, atau terjadinya siang dan malam adalah merupakan analogi yang menggambarkan tentang hal hidup dan mati. Menurut Syekh Siti Jenar, dunia bukan jalan hidup tetapi jalan menuju kematian. Hidup yang sebenarnya adalah tanpa raga, telanjang dalam wujud frekuensi murni. Kebutuhan manusia di dunia akan makanan dan minuman atau sandang, pangan, papan (pakaian, makanan dan tempat tinggal) selama di dunia hanyalah sarana untuk menunda kematian, sedangkan kelahiran manusia tak lain adalah proses kematian itu sendiri, karena kematian itu tidak bisa dihentikan (Chodjim, 2002: 27).

Baca Juga  80 Kata-Kata Bijak Bahasa Jawa Penuh Inspirasi dan Nasehat Hidup Yang Penuh Makna

Prosesi Upacara Pemakaman Orang Jawa


Geertz dalam buku The Religion of Java. Ia menjelaskan bahwa ketika terjadi kematian di suatu keluarga, maka hal pertama yang harus dilakukan orang Jawa adalah dengan memanggil modin, selanjutnya menyampaikan berita kematian tersebut ke sekitar, meliputi tetangga, kerabat, RT, perangkat desa. Kabar bahwa telah terjadi suatu kematian umumnya disiarkan melalui toa masjid. Kalau kematian itu terjadi sore atau malam hari, mereka menunggu sampai pagi berikutnya untuk memulai proses pemakaman. Pemakaman orang Jawa dilaksanakan secepat mungkin sesudah kematian. 

Segera setelah mendengar berita kematian, para tetangga meninggalkan semua pekerjaan yang sedang dilakukannnya untuk pergi ke rumah keluarga yang tertimpa kematian tersebut. Setiap perempuan membawa sebaki beras, yang setelah diambil sejumput oleh orang yang sedang berduka cita untuk disebarkan ke luar pintu, kemudian segera ditanak untuk slametan. Para laki-laki membawa alat-alat untuk nisan, dan membuat usungan/keranda untuk membawa mayat ke makam, dan lembaran papan untuk diletakkan di liang lahat.

Baca Juga Tata Krama dan Etika Orang Jawa Dalam Bertamu, Menerima Tamu dan Memuliakan Tamu

Dalam tradisi masyarakat Islam Jawa dalam ritual pemakamannya, pertama terdapat ritual semacam “pembekalan” bagi ruh dalam fase kehidupannya di alam yang baru. Karena ruh itu tidak pernah mati, pembekalan terhadap ruh orang yang meninggal diyakini dapat ditangkap dan dirasakan oleh ruh orang yang telah meninggal tersebut. 

Di antarnya adalah dikumandangkannya adzan dan iqamah setelah mayat diletakkan di liang lahat dan sebelum ditimbun dengan tanah, setelah itu dibacakan talkin (talqin). Modin membacakan talkin yang merupakan rangkaian pidato pemakaman yang ditujukan kepada almarhum, pertama-tama dalam bahasa Arab dan kemudian dalam bahasa Jawa (Geertz, 1983: 95). 

Baca Juga Kerajaan Majapahit Kisah Kejayaan Maritim Nusantara dan Kapal Jung Raksasa Dari Jawa

Talqin dalam bahasa Arab maknanya adalah mendikte. Jadi talqin adalah mendiktekan kata-kata atau kalimat tertentu agar ditirukan oleh orang yang baru meninggal tersebut. Yang dimaksudkan di sini adalah mengajarkan kepada ruh agar dapat mengingat dan menjawab pertanyaan di alam kubur. 

Tradisi ini di sandarkan pada kenyataan teologis bahwa ketika seseorang telah dikuburkan maka Allah akan mendatangkan dua malaikat penanya si mayat di dalam kubur. Sehingga subtansi talqin itu sesungguhnya mengingatkan pada ruh jenazah tentang pertanyaan-pertanyaan di alam kubur. 

Baca Juga Raden Mas Panji Sosrokarto (Kakak RA Kartini) Sang Pangeran Jenius Dari Timur

Masyarakat umumnya meyakini bahwa ruh orang yang di kubur dapat mendengar dan merasakan kehadiran orang yang masih hidup, bahkan menjawab salam orang yang mengunjunginya. Dengan demikian ketika dibacakan talqin terhadapnya setelah dikuburkan maka ia dapat mendengar nasihat dan memperoleh manfaat darinya (Sholikhin, 2010: 20-25).

Situasi sosial budaya masyarakat Islam Jawa dapat dilihat dari budaya yang berkaitan dengan ritual keagamaan maupun tradisi lokal masyarakat tersebut. Tradisi lokal upacara kematian orang Jawa ini dilakukan setiap ada orang yang meninggal dunia dan dilaksanakan oleh keluarga yang ditinggalkan. Adapun pelaksanaannya adalah sebagai berikut :

Baca Juga Tahukah Kamu Arti Atau Makna Dari Petilasan?

1. Pemberitahuan

Tentu saja hal yang menjadi langkah pertama yang akan di lakukan saat mengetahui keluarga/kerabat yang meninggal adalah memberitahukan kabar duka tersebut ke tetanggga, kerabat, keluarga terdekat. Jenazah yang baru saja meninggal dunia segera ditidurkan secara membujur, menelentang, dan menghadap ke atas. 

Selanjutnya mayat ditutup dengan kain batik yang masih baru. Kaki dipan tempat mayat itu ditidurkan perlu direndam dengan air, maksudnya agar dipan itu tidak dikerumuni semut atau binatang kecil lainnya. Tikar sebagai alas tempat jenazah dibaringkan perlu diberi garis tebal dari kunyit dengan maksud agar binatang kecil tidak mengerumuni mayat. Terakhir adalah membakar dupa wangi atau ratus untuk menghilangkan bau yang kurang sedap.

Bersamaan dengan hal diatas, beberapa orang terdekat bertugas memanggil seorang modin dan mengumumkan kematian itu kepada para sanak saudara dan tetangga. Pemberitaan juga dilakukan dengan bantuan pengeras suara dari masjid terdekat. Setelah kabar tersiar mereka yang mendengar akan berusaha segera datang ketempat itu untuk membantu menyiapkan pemakaman.

Baca Juga Bertapa dan Bersemedi Makna Filosofis Tapa Mendhem dan Tapa Ngeli

2. Upacara Brobosan

Sebelum jenazah diberangkatkan ke makam dilakukan suatu upacara yang disebut dengan “upacara brobosan”. Upacara brobosan ini bertujuan untuk menunjukkan penghormatan dari sanak keluarga kepada mereka (jenazah) yang telah meninggal dunia. Biasanya brobosan dilakukan apabila yang meninggal adalah orang yang sepuh, atau pinisepuh yang dituakan dan dihormati. Apabila yang meninggal anak-anak/muda biasanya tidak dilakukan brobosan. 

Upacara brobosan diselenggarakan di halaman rumah orang yang meninggal sebelum dimakamkan dan dipimpin oleh anggota keluarga yang paling tua. Namun sebelum upacara dilakukan, biasanya diawali dengan beberapa sambutan dan ucapan belasungkawa oleh beberapa pamong desa. Dan semua yang hadir ditempat itu harus berdiri hingga jenazah benar-benar diberangkatkan.

Baca Juga 6 Hal Yang Terbuat Dari Janur Dalam Tradisi Pernikahan Jawa

Upacara brobosan tersebut dilangsungkan dengan tata cara sebagai berikut:

a. Peti mati dibawa keluar menuju ke halaman rumah dan dijunjung tinggi ke atas setelah upacara doa kematian selesai.

b. Anak laki-laki tertua, anak perempuan, cucu laki-laki dan cucu perempuan, berjalan berurutan melewati peti mati yang berada di atas mereka (mbrobos) selama tiga kali dan searah jarum jam.

c. Urutan selalu diawali dari anak laki-laki tertua dan keluarga inti berada di urutan pertama; anak yang lebih muda beserta keluarganya mengikuti di belakang.

Baca Juga Toleransi Dalam Falsafah Ajaran Hidup Masyarakat Jawa

Setelah itu jenazah diberangkatkan dengan keranda yang diangkat oleh anak-anaknya yang sudah dewasa bersama dengan anggota keluarga pria lainnya, sedangkan seorang memegang payung untuk menaungi bagian dimana kepala jenazah berada. 

Adapun urutan untuk melakukan perjalanan ke pemakaman juga diatur. Yang berada diurutan paling depan adalah penabur sawur (terdiri dari beras kuning dan mata uang), kemudian penabur bunga dan pembawa bunga, pembawa kendi, pembawa foto jenazah, keranda jenazah, barulah dibagian paling belakang adalah keluarga maupun kerabat yang turut menghantarkan.  

Baca juga 50 Pepatah Jawa Kuno Kata Bijak Jawa Nasehat Kehidupan

3. Upacara Ngesur Tanah

Bertepatan dengan kematian (ngesur tanah) dengan rumusan jisarji, maksudnya hari kesatu dan pasaran juga kesatu. Ngesur tanah memiliki makna bahwa jenazah yang dikebumikan berarti berpindah dari alam fana ke alam baka dari tanah selanjutnya kembali ke tanah. Upacara ini berupa kenduri biasanya diselenggarakan pada sore hari setelah jenazah dikuburkan. 

4. Selamatan Telung Dina (Tiga Hari-an)

Setelah kematian pada hari ke 3 dengan rumus lusaru, yaitu hari ketiga dan pasaran ketiga. Selamatan ke tiga hari berfungsi untuk menyempurnakan empat perkara yang disebut anasir hidup manusia, yaitu bumi, api, angin dan air. Upacara selamatan tiga hari memiliki arti memberi penghormatan dan mendoakan orang yang meninggal. Sekaligus momentum pihak keluarga untuk bersedekah atas nama alamarhum dan keluarganya. 

Baca Juga Makna Filosofis Sesajen Jawa, Cok Bakal dan Ubo Rampe

5. Selamatan Pitung Dina (Tujuh hari-an) 

Setelah kematian (mitung dina) dengan rumusan tusaro, yaitu hari ketujuh dan pasaran kedua. Upacara selamatan hari ketujuh berarti melakukan penghormatan terhadap ruh yang mulai akan ke luar rumah. Dalam selamatan selama tujuh hari dibacakan tahlil, yang berarti membaca kalimah la ilaha illa Allah, agar dosa-dosa orang yang telah meninggal diampuni oleh-Nya.

6. Selamatan Patang Puluhan (Empat puluh hari-an) 

Selamatan 40 hari-an dengan rumus masarama, yaitu hari ke lima dan pasaran ke lima. Selamatan empat puluh hari (matangpuluh dina), dimaksudkan untuk mendoakan, memberi penghormatan, dan sekaligus doa harapan agar senantiasa diberikan keselamatan dan ampunan kepada yang meninggal. Sekaligus momentum pihak keluarga untuk bersedekah atas nama alamarhum dan keluarganya. 

Baca Juga Arti Makna Filosofis Takir Jawa

7. Selamatan Nyatus Dina (Seratus hari) 

Selamatan nyatus atau seratusan hari dengan rumus rosarama yaitu hari ke dua pasaran ke lima. Selamatan seratus hari berfungsi untuk menyempurnakan semua hal yang bersifat badan wadag. Selamatan mendhak sepisan untuk menyempurnakan kulit, daging, dan jeroan. Upacara seratus hari (nyatus dina), untuk mendoakan dan memberikan penghormatan terhadap ruh yang sudah berada di alam kubur. Sekaligus momentum pihak keluarga untuk bersedekah atas nama alamarhum dan keluarganya. 

Baca Juga Tata Krama dan Etika Orang Jawa Dalam Bertamu, Menerima Tamu dan Memuliakan Tamu

8. Selamatan Mendak Pisan (Tahun ke 1) 

Satu tahun setelah kematian (mendak pisan) dengan rumus patsarpat, yaitu hari ke empat dan pasaran ke empat. Bermaksud mendoakan si mayit agar senantiasa diberikan ampunan dan perlindungan dari yang Maha Kuasa. Sekaligus momentum pihak keluarga untuk bersedekah atas nama alamarhum dan keluarganya. 

Baca Juga Ngalah Ngalih Ngamuk Untuk Keselarasan dan Keharmonisan 

9. Selamatan Mendhak Pindho (Tahun ke-2) 

Tahun ke dua (mendhak pindho), dengan rumus jisarlu, yaitu hari satu dan pasaran ketiga. Selametan mendhak pindho berfungsi untuk mendoakan dan menyempurnakan semua kulit, darah dan semacamnya yang tinggal hanyalah tulangnya saja. Sekaligus momentum pihak keluarga untuk bersedekah atas nama alamarhum dan keluarganya. 

10.  Selamatan Nyewu (Seribu Hari-an) 

Seribu hari setelah kematian (nyewu), dengan rumus nemasarma, yaitu hari ke enam dan pasaran ke lima. Selamatan nyewu bermaksud mendoakan si jenazah agar selalu mendapatkan keselamatan dan perlindungan dari yang Maha Kuasa. Sekaligus momentum pihak keluarga untuk bersedekah atas nama alamarhum dan keluarganya. 

Baca Juga Filosofi Hidup Ayem Tenterem Mengejar Ketenteraman dan Kedamaian

11. Haul atau Khol

Haul (khol), peringatan kematian pada setiap tahun dan meninggalnya seseorang. Haul (khol) memiliki arti untuk mengenang kembali memori perjalanan seseorang yang telah meninggal untuk dijadikan suri tauladan dan aspek kebaikan perilakunya, memberikan penghormatan dan penghargaan atas jasa-jasanya terhadap keluarga, masyarakat dan agamanya.

Baca Juga Kue Klepon Jajanan Tradisional Jawa yang Penuh Filosofi dan Makna Bijaksana

Hal ini tentunya akan memberikan spirit dan motivasi tersendiri bagi keluarga yang ditinggalkannya. Ritual acara khol ini biasanya hanya dilakukan oleh orang-orang dan status sosial tertentu. Seperti tokoh masyarakat, para kyai kharismatik dan orang-orang yang dianggap keluarganya sebagai seseorang yang memberikan peran yang sangat berarti bagi keluarga.

Baca Juga Pujangga Jawa Raden Ngabehi Ranggawarsita Serat Kalatidha dan Zaman Edan

12. Nyadran

Nyadran adalah hari berkunjung ke makam para leluhur/kerabat yang telah mendahului. Nyadran ini dilakukan pada bulan Ruwah atau bertepatan dengan saat menjelang puasa bagi umat Islam.

Di samping tradisi tersebut di atas terdapat juga tradisi membaca surat Yasin setiap malam Jum’at yang dikhususkan untuk ahli kubur/orang-orang yang telah meninggal, dengan tujuan berdoa untuk memohonkan ampunan bagi arwah ahli kubur agar mendapatkan tempat yang baik di sisi-Nya, yaitu masuk ke dalam surga-Nya. 

Kemudian ada juga tradisi menyelenggarakan acara arwahan pada bulan Sya’ban yaitu keluarga mengundang masyarakat sekitar untuk datang ke rumah setelah shalat magrib atau setelah shalat Isya’ dengan mengadakan acara membaca surah Yasin dan Tahlil yang pahalanya dikhususkan bagi arwah ahli kubur dan keluarganya. 

Baca Juga 69 Kata Bijak Pepatah Nasehat Kehidupan Beserta Artinya Yang Harus Kamu Tahu

Tradisi Upacara Kematian Orang Jawa/narasiinspirasi.com

Perlengkapan Pemakaman Orang Jawa

Perlengkapan lain yang ada dalam upacara pemakaman orang Jawa, secara keseluruhan ada bermacam-macam diantaranya ada:

1. Sawur
Sawur terdiri dari sejumlah uang logam, beras kuning (beras yang dicampur dengan kunyit yang diparut) ditambah kembang telon (mawar, melati dan kenanga) serta sirih. 

Baca Juga Filosofi Wajik Ketan Jawa Jajanan Tradisional Yang Penuh Makna

Semuanya itu ditempatkan dalam bokor atau takir (wadah yang terbuat dan daun pisang). Seperti disebutkan di atas, hal ini dimaksudkan sebagai bekal si mati agar selalu mendapatkan kemurahan dari Tuhan, di samping juga ditujukan terhadap keluarga yang ditinggalkan.

Baca Juga Kata Bijak Pepatah Jawa Peribahasa Jawa Beserta Artinya Terlengkap

2. Payung
Payung yang digunakan dalam upacara kematian sering disebut payung jenasah. Payung itu mempunyai tangkai yang panjang. Payung itu digunakan untuk memayungi jenasah sejak keluar dan rumah hingga sampai di kuburan. 

Payung tersebut melambangkan perlindungan. Dalam upacara kematian, penggunaan payung melambangkan agar arwah Si mati selalu mendapatkan perlindungan dan Tuhan atau sering disebut “diayomi”. Sebagai bekal dalam perjalanan jauh, payung itu juga dimaksudkan untuk mendapat perlindungan dari panas dan hujan.

Baca Juga 69 Kata Bijak Pepatah Nasehat Kehidupan Beserta Artinya Yang Harus Kamu Tahu

3. Sepasang Nisan atau Maesan
Biasa terbuat dari cor atau jenis kayu yang kuat dan tahan air serta awet. Dibuat dengan ukuran panjang sekitar 60 cm, lebar 15 cm, tebal sekitar 5 cm. Pada bagian atas berbentuk runcing agak menumpul dengan ukiran bunga melati. Sepasang maejan yang terdiri 2 buah itu ditanam di atas kuburan, satu di bagian arah kepala dan satunya lagi di bagian arah kaki. 

Maejan tersebut sebagai tanda bahwa pada tempat tersebut telah dikuburkan seseorang. Maejan yang yang berada pada bagian arah kepala jenasah yang dikuburkan biasanya dituliskan nama orang yang dikuburkan beserta hari tanggal, bulan dan tahun kematiannya, dengan dasar tahun Jawa ataupun tahun masehi. Sedangkan ukiran berbentuk/motif bunga melati sebagai lambang keharuman.

Baca Juga Pujangga Jawa Raden Ngabehi Ranggawarsita Serat Kalatidha dan Zaman Edan

4. Tempayan kecil (klenting) atau kendi
Kendi atau klenting digunakan untuk wadah air tawar yang dicampuri dengan serbuk atau minyak cendana dan kembang telon, yang nantinya akan disiramkan di atas kuburan dan maejan. Semua itu melambangkan kesucian, kesegaran dan keharuman nama si mati.

5.  Degan Ijo atau Krambil Ijo Muda

Kelapa hijau yang masih muda itu nantinya, setelah jenasah dikuburkan, dibelah dan ainnya disiramkan di atas kuburan. Sedangkan belahannya juga ditelungkupkan di atas kuburan itu pula. Maksudnya adalah sebagai air suci, juga air segar pelepas dahaga. Maksud yang lain ialah sebagai penolak bala dan keteguhan hati si mati. Dalam hal ini dikiaskan pohon kelapa sebagai pohon yang teguh dan tidak mudah terombang-ambing angin atau lainnya.

Baca Juga Filosofi Hidup Ayem Tenterem Mengejar Ketenteraman dan Kedamaian

6. Gegar mayang atau Kembar Mayang

Gegar mayang adalah semacam buket atau rangkaian bunga, yang terbuat dan janur (daun kelapa muda) juga bunga yang dirangkai, yang biasanya ditancapkan pada sepotong batang pohon pisang, sepanjang kurang lebih 15 cm. Gagar mayang ini digunakan bila orang yang meninggal adalah remaja atau dewasa yang belum pernah menikah. Hal itu dimaksudkan untuk penghormatan kepada almarhum. 

Kesimpulan

Tradisi ritual upacara kematian yang dilakukan oleh masyarakat Islam Jawa merupakan tradisi yang telah mengalami proses akulturasi budaya antara Islam dan Jawa semenjak lama. Sehingga tradisi tersebut adalah tradisi yang sangat khas di Indonesia dan tidak dimiliki oleh masyarakat yang ada di negara lain. Sinergi budaya Islam dan Jawa membentuk sebuah kebudayaan baru yang memiliki makna dan tujuan-tujuan luhur yang menambah khasanah intelektual dan kebudayaan bangsa. 

Baca Juga Ngalah Ngalih Ngamuk Untuk Keselarasan dan Keharmonisan 

Namun demikian tidak berarti bahwa ritual upacara kematian yang berlaku di masyarakat Islam Jawa begitu saja bisa dijustifikasi sebagai perilaku sesat. Karena budaya merupakan fitrah yang diberikan oleh Tuhan kepada seluruh manusia yang hidup di muka bumi ini, dan Allah menciptakan manusia dalam bentuk keragaman suku dan bangsa yang memiliki keragaman budaya. Sehingga tidak ada alasan sebuah budaya bisa begitusaja dijustifikasi sebagai sesuatu yang sesat sepanjang tidak menyimpang dari ajaran agama. Budaya merupakan khazanah dan aset bangsa, yang harus dilestarikan dan dikembangkan bukan untuk digusur dan dimatikan.

Baca Juga Tata Krama dan Etika Orang Jawa Dalam Bertamu, Menerima Tamu dan Memuliakan Tamu

Referensi


Chodjim, Achmad. 2002. Syekh Siti Jenar: Makna Kematian. Jakarta : Serambi Ilmu Semesta

Geertz, Cliford. 1983. The Religion of Java. Terjemahan. Jakarta: Aswab Mahasin Pustaka Jaya.

Karim, A. 2017. Tradisi Masyarakat Nelayan Rawa Pening Kelurahan Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang. Sabda. Vol. 12 No: 2. ISSN: 1410–7910 

Layungkuning, Bendung. 2013. Sangkan Paraning Dumadi Orang Jawa dan Rahasia Kematian. Yogyakarta : Penerbit Narasi

Sholikhin, Muhammad. 2010. Ritual Kematian Islam Jawa. Pengaruh Tradisi Lokal Indonesia dalam Ritual Kematian Islam. Yogyakarta: Penerbit Narasi.

Suwito, A. Srianto dan A. Hidayat. 2014. Tradisi Kematian Wong Islam Jawa. JPA. Vol 15 no (2). ISSN : 14114875


  • 0 Comments

       

Tata Krama Bertamu Orang Jawa/narasiinspirasi.com

Oleh
Fajar R. Wirasandjaya
(Malang Terang, 21 Januari 2021) 

Halo gaes tahukah kamu tentang adab dan tata krama orang Jawa dalam bertamu dan memuliakan tamu? Ini hal-hal yang harus kamu tahu sebelum kamu bertamu di rumah orang Jawa agar tidak dicap sebagai orang yang tidak punya sopan santun dan tata krama. Langsung saja mari kita simak ulasannya. 

Baca Juga Kejawen Ajaran Budi Pakerti Luhur Tanah Jawa

Salah satu karakteristik penting dalam masyarakat Jawa yaitu terbuka, inklusif dan bertata krama. Tata krama, adab dan sopan santun diterapkan dalam kehidupan kemasyarakatan sehari hari. Beberapa hal diantaranya adalah terkait bertamu dan memuliakan tamu. Tata krama adab sopan santun dalam bertamu dan memuliakan tamu merupakan sebuah cerminan dari penghargaan seseorang terhadap hak-hak individu dan sosial. 

Baca Juga Arti Janma Limpad Seprapat Tamat dan Tanggap Ing Sasmita

Sehingga dalam hubungan etika sosial kemasyarakatan Jawa menjaga adab atau tata krama ketika bertamu dan memuliakan tamu sangatlah penting . Hal ini dimaksudkan untuk menjaga keharmonisan dalam bermasyarakat. Selain itu bertamu dan memuliakan tamu juga merupakan sebuah amal saleh yang pahalanya bukan saja akan dibalas oleh Tuhan di akhirat, tetapi juga akan mendapatkan balasan secara langsung di dunia yang akan segera dirasakan oleh para pelakunya. 

Daftar Isi Artikel
  1. Keutamaan Memuliakan Tamu
  2. Makna Aruh
  3. Makna Gupuh
  4. Makna Rengkuh
  5. Makna Lungguh
  6. Makna Suguh
  7. Kesimpulan

Keutamaan Dalam Memuliakan Tamu


1. Bagi Seorang Muslim Ganjaran Bagi Yang Memuliakan Tamu adalah Mendapat Pahala Seperti Ibadah Haji dan Umrah

2. Membawa Rezeki dan Menghapus Dosa Tuan Rumah

3. Seluruh Penghuni Rumah Akan Mendapat Manfaat dan Cahaya Kebaikan

4. Teladan yang mulia dari Nabi Muhammad SAW

5. Menjadi Ladang Untuk Bersedekah

6. Termasuk dalam Amalan yang mendekatkan diri ke surga

7. Sebagai Bentuk Keimanan dan Ketakwaan diri Terhadap Tuhan

Baca Juga Subali Tapa Ngalong dan Kisah Resi Subali ditipu Rahwana

Masyarakat Jawa selama ini mengenal tata krama adab sopan santun dan etika dalam bertamu juga memuliakan tamu. Berikut ini etika dan adab orang Jawa dalam memuliakan tamu. 
1. Aruh
2. Gupuh
3. Rengkuh
4. Lungguh
5. Suguh

1. Aruh

Aruh : menyapa, menanyakan kabar, mengajak berbicara, membuka pembicaraan.
Aruh memiliki makna : sebagai tuan rumah hendaknya mendahului untuk menyapa, menanyakan kabar dengan ramah dan hangat. Membuka percakapan ini bertujuan agar tamu merasa nyaman, tidak merasa canggung dan agar tamu tidak merasa diabaikan. Istilahnya adalah Nguwongne Uwong, menghargai orang lain. 

Baca Juga  80 Kata-Kata Bijak Bahasa Jawa Penuh Inspirasi dan Nasehat Hidup Yang Penuh Makna

2. Gupuh

Gupuh : tergopoh-gopoh, tergesa-gesa
Gupuh memilik makna : ungkapan dari perasaan gembira dan antusias dari tuan rumah saat menyambut tamu. Apabila ada tamu yang mendadak datang tanpa memberitahu terlebih dahulu biasanya tuan rumah "tidak siap" dan terkejut sehingga menjadi repot manakala tamunya datang. Bisa saja tuan rumah harus meninggalkan pekerjaan yg sedang dilakukan, harus berganti pakaian, repot membersihkan dan menata ruang tamu. Gupuh ini adalah antusiasme kita dalam menerima dan menyambut kedatangan tamu. 

Baca Juga Kisah Sabdo Palon Sang Amongrogo Nagih Janji (Ramalan Jawa Kuno Tentang Kejayaan Nusantara)

3. Rengkuh

Rengkuh : merengkuh
Rengkuh memiliki makna : Merengkuh tamu dengan kehangatan saat menyambut tamu datang. Mempersilahkan tamu untuk masuk ke dalam rumah dan memperlakukan tamu dengan keramah tamahan yang baik. 

Ruang Tamu/narasiinspirasi.com

4. Lungguh

Lungguh : duduk
Lungguh memiliki makna: mempersilahkan tamu untuk segera masuk ke dalam rumah dan menyiapkannya tempat duduk. Dalam budaya Jawa, tamu tidak akan duduk sebelum dipersilahkan untuk duduk, istilahnya belum "disumanggakne" atau belum dipersilahkan. Tuan rumah harus segera mempersilahkan tamu untuk duduk. 

Baca Juga Kumpulan Kata Bijak Pepatah Jawa Pegangan Hidup Orang Jawa Untuk Meraih Kesuksesan

Biasanya sambil mempersilahkan duduk tuan rumah akan memberi sambutan percakapan-percakapan kecil sebagai pencair suasana, agar suasana menjadi lebih gayeng atau semarak. Misalnya : wah kok makin cantik, masih awet muda saja ataupun tumben jauh-jauh datang mampir kesini dan menanyakan kabar. Hal semacam ini adalah sebuah pembukaan sehingga seseorang yang datang bisa merasa nyaman sebelum masuk kedalam suasana percakapan yang lebih serius.

5. Suguh


Suguhan Tamu/narasiinspirasi.com


Suguh : menghidangkan suguhan yaitu bisa berupa makanan, camilan dan atau minuman.
Suguh memilik makna : menghidangkan suguhan atau memberikan hidangan. Hidangan ini dimaksudkan untuk menyambut dan menghormati tamu yang telah mau datang dari jauh dan repot-repot menempuh perjalanan demi bertamu ke rumah kita.

Baca Juga Filosofi Wajik Ketan Jawa Jajanan Tradisional Yang Penuh Makna

Memuliakan tamu dan menyantuni tamu dengan segala kebaikan adalah suatu kewajiban. Tentu saja harus disesuaian dengan kemampuan dan kapasitas yang dimiliki oleh tuan rumah. Dalam adat Jawa kita tetaplah dianjurkan untuk memberikan yang optimal dan terbaik sesuai kemampuan kita. bukan berarti harus dengan memaksakan diri yang justru malah menyulitkan keluarga dan diri.

Baca Juga Arti Makna Ucapan Rahayu Sagung Dumadi Kalis Ing Rubeda, Nir Ing Sambikala

Misalnya saat tamu datang dan tidak ada makanan dirumah maka hendaknya bisa membeli camilan dan membuatkan minuman. Yang jelas makanan yang disuguhkan haruslah yang sewajarnya dan secukupnya. Namun apabila benar-benar tidak mampu dan tidak memiliki apapun untuk disuguhkan, memberi segelas air putih pun tidak masalah. Tamu berhak selama tiga hari untuk disantuni dan dilayani dengan sebaik mungkin oleh tuan rumah. Namun, apabila setelah lebih dari tiga hari maka apa yang diberikan tuan rumah adalah sedekah biasa. 

Baca Juga Tradisi Selamatan Kematian dan Perlengkapan Upacara Kematian Masyrakat Jawa

Bagi seseorang yang sedang bertamu pun juga harus bisa dengan bijak menyikapi adat suguh ini. Tamu jika belum dipersilahkan untuk mencicipi hidangan maka hendaknya jangan pernah memakan atau mengambil makanan yang disuguhkan. Tamu harus dengan sabar menunggu hingga tuan rumah telah mempersilahkan untuk mencicipi hidangan. Tuan rumahpun harus segera mempersilahkan tamu untuk mencicipi hidangan.

Baca Juga Toleransi Dalam Falsafah Ajaran Hidup Masyarakat Jawa

Sesuai dengan etika dan tata krama, tamu pun harus mau mencicipi hidangan meski hanya sedikit. Minum meski hanya beberapa teguk atau makan meski hanya beberapa suap, meskipun sang tamu tidak merasa haus dan lapar, atau tidak menyukai suguhan yang dihidangkan. Semua demi menghargai tuan rumah yang sudah bersedia untuk bersusah payah dan repot-repot menghidangkan makanan atau minuman demi menyambut tamu. 

Baca Juga Kue Klepon Jajanan Tradisional Jawa yang Penuh Filosofi dan Makna Bijaksana

Kesimpulan

Demikianlah tata krama, adat dan etika orang Jawa dalam bertamu, menyambut tamu dan memuliakan tamu. Tata krama ini penting untuk diterapkan bagi siapapun yang menjadi tamu dan tuan rumah agar tercipta keharmonisan, utamanya dalam masyarakat yang menjunjung tinggi etika dan tata krama Jawa. Agar kita mampu menjadi tuan rumah yang baik, dan menjadi tamu yang memiliki tata krama, adab dan sopan santun. Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua. 

Baca Juga 70 Kumpulan Kata Bijak Pepatah Jawa Peribahasa Jawa Beserta Artinya Terlengkap




  • 0 Comments


Donate Car For Tax Credit/narasiinspirasi.com

Donating Car Is Good Idea

While donating a car is an easy way to quickly get an old vehicle off your hands, you have to be sure you are doing it for the right reasons. Contrary to popular belief, donating a car will not give you a huge tax break, so if you are in it for the money, it might pay to sell your car a traditional way.

The best reason to donate a car is to help others. The second best reason is to get the vehicle off your hands as soon as possible. If those are two factors that interest you, then donating is the way to go.

Baca Juga Simple Way Donate to Charity California, Learn It's Simple Process

Most charities will take anything. While not every dealer or private buyer will take an old clunker, charities are often happy for anything. They will often even tow it away for you if it is too old to run on its own. It is a straightforward process. 

If you want to donate a car, simply call a car donation charity and someone will come to pick up the car at your house – and that is all you will have to do. You will likely get tax benefits. Since you are making a donation to a charity, you will likely be rewarded for your good behavior come tax time.

How to Donate Car for a tax write off?

How To Get Your Tax Deduction For A Car Donation: Set up a car donation with an IRS registered 501(c)(3) charity of your choice. With Wheels For Wishes all you need to do is fill out an online donation form or call us at 1-855-278-9474 and we'll do the rest for you!

Baca Juga Mesothelioma The Silent Killer That You Should Have to Know and Prevent

How To Get Your Tax Deduction For A Car Donation:

1. Set up a car donation with an IRS registered 501(c)(3) charity of your choice. With Wheels For Wishes all you need to do is fill out an online donation form or call us at 1-855-278-9474 and we’ll do the rest for you!
    2. Depending on the State, a title may be needed to complete the donation process. Click here to find out more about your State’s title laws.
      Baca Juga What is Mesothelioma Law Firm and Asbestos Lawyer?
        3. When your donation process is complete, request a receipt from the charity program. With Wheels For Wishes your receipt is automatically sent to you.
          4. When you receive your car donation receipt hold onto it for next year’s taxes.
            5. When you are filing your taxes in 2021 for last year’s car donation all you have to do is fill out a Form 1098 C and attach it to your federal tax return. The Form 1098 C is specifically for motor vehicles, the Form 8283 form is for general property. Both can be used to file for a car donation.
              Baca Juga Here The Top Mesothelioma Law Firm in the United States of America

              Are car donations tax deductible in 2021?

              In 2021, car donors can choose one of two options allowed by the IRS for a tax deduction: Based on the value of your car, you may claim up to $500 immediately, without waiting for the resale price. Or, you may wait until your car sells if you know the vehicle's value is over $500.

              Baca Juga Mesothelioma Compensation Can You Get for Mesothelioma Lawsuit and Settlement

              Which charity is best to donate a car?

              1. One Car, One Difference
              2. Charity Motors
              3. Car Donation Wizard
              4. The Arc Vehicle Donation
              5. AllState Car Donations
              6. Riteway Charity Services
              7. V-DAC (Vehicle Donations to Any Charity)

              Baca Juga Simple Way Donate to Charity California, Learn It's Simple Process




              • 0 Comments
              Older Posts Home

              Follow Us

              • instagram
              • facebook
              • twitter
              • bloglovin
              • pinterest

              Posts Terbaru

              Trending

              • Marhaen dan Marhaenis Hari Ini, Ciri-Ciri Marhaenisme Sebagai Spirit Perjuangan
              • 50 Pepatah Jawa Kuno Kata Bijak Jawa Nasehat Kehidupan Beserta Artinya
              • Begini Cara Melihat Jumlah Pelamar Instansi Seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil CPNS 2019
              • Biografi Claudia Emmanuela Santoso Orang Asia Pertama Pemenang The Voice of Germany
              • Arti Makna Ucapan Rahayu Sagung Dumadi
              • Puisi Tentang Rindu "Jalan Semesta"
              • 69 Kata Bijak dan Pepatah Jawa Kuno Nasehat Kehidupan Penuh Inspirasi Beserta Artinya
              • Ini Dia Kisi-Kisi Terbaru Tes SKB CPNS Yang Harus Kamu Tau
              • Puisi Malam: Pinggir Kali Malam Hari
              • Makna Filosofis Arti Cok Bakal Jawa, Sesajen Jawa atau Sesaji dan Arti Ubo Rampe

              Diskon Besar Murah Meriah

              Kategori

              Budaya Cinta CPNS Islam Jawa Kenegaraan Lingkungan Militer Musik Pendidikan Pertanian Peternakan Politik Puisi Sejarah Teknologi Today Inspiration

              Arsip Web

              About Us

              Fajar R. Wirasandjaya

              "Memahami orang lain adalah kebijaksanaan, — memahami diri sendiri adalah pencerahan —”

              © 2021 by Narasi Inspirasi

              instagram

              Template Created By : NarasiInspirasi . All Rights Reserved.

              Back to top