Tata Krama dan Etika Orang Jawa Ketika Bertamu, Menerima Tamu dan Memuliakan Tamu


Adab Tata Krama Jawa dalam Bertamu dan Memuliakan Tamu
Tata Krama Jawa dalam Bertamu dan Memuliakan Tamu/narasiinspirasi.com

Oleh
Fajar R. Wirasandjaya
(Malang Terang, 21 Januari 2021) 

Halo gaes tahukah kamu tentang adab dan tata krama orang Jawa dalam bertamu dan memuliakan tamu? Ini hal-hal yang harus kamu tahu sebelum kamu bertamu di rumah orang Jawa agar tidak dicap sebagai orang yang tidak punya sopan santun dan tidak punya tata krama. Langsung saja mari kita simak ulasannya. 


Salah satu karakteristik penting dalam masyarakat Jawa yaitu terbuka, inklusif dan bertata krama. Tata krama, adab dan sopan santun diterapkan dalam kehidupan kemasyarakatan sehari hari. Beberapa hal diantaranya adalah terkait bertamu dan memuliakan tamu. Tata krama adab sopan santun dalam bertamu dan memuliakan tamu merupakan sebuah cerminan dari penghargaan seseorang terhadap hak-hak individu dan sosial. 
Sehingga dalam hubungan etika sosial kemasyarakatan Jawa menjaga adab atau tata krama ketika bertamu dan memuliakan tamu sangatlah penting . Hal ini dimaksudkan untuk menjaga keharmonisan dalam bermasyarakat. Selain itu bertamu dan memuliakan tamu juga merupakan sebuah amal saleh yang pahalanya bukan saja akan dibalas oleh Tuhan di akhirat, tetapi juga akan mendapatkan balasan secara langsung di dunia yang akan segera dirasakan oleh para pelakunya. 

Daftar Isi Artikel
  1. Keutamaan Memuliakan Tamu
  2. Makna Aruh
  3. Makna Gupuh
  4. Makna Rengkuh
  5. Makna Lungguh
  6. Makna Suguh
  7. Kesimpulan

Keutamaan Dalam Memuliakan Tamu


1. Bagi Seorang Muslim Ganjaran Bagi Yang Memuliakan Tamu adalah Mendapat Pahala Seperti Ibadah Haji dan Umrah

2. Membawa Rezeki dan Menghapus Dosa Tuan Rumah

3. Seluruh Penghuni Rumah Akan Mendapat Manfaat dan Cahaya Kebaikan

Baca Juga  Apa Arti dari Falsafah Jawa Eling lan Waspada? 

4. Teladan yang mulia dari Nabi Muhammad SAW

5. Menjadi Ladang Untuk Bersedekah

6. Termasuk dalam Amalan yang mendekatkan diri ke surga

7. Sebagai Bentuk Keimanan dan Ketakwaan diri Terhadap Tuhan
Masyarakat Jawa selama ini mengenal tata krama adab sopan santun dan etika dalam bertamu juga memuliakan tamu. Berikut ini etika dan adab orang Jawa dalam memuliakan tamu. 
1. Aruh
2. Gupuh
3. Rengkuh
4. Lungguh
5. Suguh

1. Aruh

Aruh : menyapa, menanyakan kabar, mengajak berbicara, membuka pembicaraan.
Aruh memiliki makna : sebagai tuan rumah hendaknya mendahului untuk menyapa, menanyakan kabar dengan ramah dan hangat. Membuka percakapan ini bertujuan agar tamu merasa nyaman, tidak merasa canggung dan agar tamu tidak merasa diabaikan. Istilahnya adalah Nguwongne Uwong, menghargai orang lain. 

2. Gupuh

Gupuh : tergopoh-gopoh, tergesa-gesa
Gupuh memilik makna : ungkapan dari perasaan gembira dan antusias dari tuan rumah saat menyambut tamu. Apabila ada tamu yang mendadak datang tanpa memberitahu terlebih dahulu biasanya tuan rumah "tidak siap" dan terkejut sehingga menjadi repot manakala tamunya datang. Bisa saja tuan rumah harus meninggalkan pekerjaan yg sedang dilakukan, harus berganti pakaian, repot membersihkan dan menata ruang tamu. Gupuh ini adalah antusiasme kita dalam menerima dan menyambut kedatangan tamu. 

3. Rengkuh

Rengkuh : merengkuh
Rengkuh memiliki makna : Merengkuh tamu dengan kehangatan saat menyambut tamu datang. Mempersilahkan tamu untuk masuk ke dalam rumah dan memperlakukan tamu dengan keramah tamahan yang baik. 

4. Lungguh

Lungguh : duduk
Lungguh memiliki makna: mempersilahkan tamu untuk segera masuk ke dalam rumah dan menyiapkannya tempat duduk. Dalam budaya Jawa, tamu tidak akan duduk sebelum dipersilahkan untuk duduk, istilahnya belum "disumanggakne" atau belum dipersilahkan. Tuan rumah harus segera mempersilahkan tamu untuk duduk. 
Biasanya sambil mempersilahkan duduk tuan rumah akan memberi sambutan percakapan-percakapan kecil sebagai pencair suasana, agar suasana menjadi lebih gayeng atau semarak. Misalnya : wah kok makin cantik, masih awet muda saja ataupun tumben jauh-jauh datang mampir kesini dan menanyakan kabar. Hal semacam ini adalah sebuah pembukaan sehingga seseorang yang datang bisa merasa nyaman sebelum masuk kedalam suasana percakapan yang lebih serius.

5. Suguh

Suguh : menghidangkan suguhan yaitu bisa berupa makanan, camilan dan atau minuman.
Suguh memilik makna : menghidangkan suguhan atau memberikan hidangan. Hidangan ini dimaksudkan untuk menyambut dan menghormati tamu yang telah mau datang dari jauh dan repot-repot menempuh perjalanan demi bertamu ke rumah kita.

Memuliakan tamu dan menyantuni tamu dengan segala kebaikan adalah suatu kewajiban. Tentu saja harus disesuaian dengan kemampuan dan kapasitas yang dimiliki oleh tuan rumah. Dalam adat Jawa kita tetaplah dianjurkan untuk memberikan yang optimal dan terbaik sesuai kemampuan kita. bukan berarti harus dengan memaksakan diri yang justru malah menyulitkan keluarga dan diri.
Misalnya saat tamu datang dan tidak ada makanan dirumah maka hendaknya bisa membeli camilan dan membuatkan minuman. Yang jelas makanan yang disuguhkan haruslah yang sewajarnya dan secukupnya. Namun apabila benar-benar tidak mampu dan tidak memiliki apapun untuk disuguhkan, memberi segelas air putih pun tidak masalah. Tamu berhak selama tiga hari untuk disantuni dan dilayani dengan sebaik mungkin oleh tuan rumah. Namun, apabila setelah lebih dari tiga hari maka apa yang diberikan tuan rumah adalah sedekah biasa. 

Bagi seseorang yang sedang bertamu pun juga harus bisa dengan bijak menyikapi adat suguh ini. Tamu jika belum dipersilahkan untuk mencicipi hidangan maka hendaknya jangan pernah memakan atau mengambil makanan yang disuguhkan. Tamu harus dengan sabar menunggu hingga tuan rumah telah mempersilahkan untuk mencicipi hidangan. Tuan rumahpun harus segera mempersilahkan tamu untuk mencicipi hidangan.


Sesuai dengan etika dan tata krama, tamu pun harus mau mencicipi hidangan meski hanya sedikit. Minum meski hanya beberapa teguk atau makan meski hanya beberapa suap, meskipun sang tamu tidak merasa haus dan lapar, atau tidak menyukai suguhan yang dihidangkan. Semua demi menghargai tuan rumah yang sudah bersedia untuk bersusah payah dan repot-repot menghidangkan makanan atau minuman demi menyambut tamu. 

Kesimpulan

Demikianlah tata krama, adat dan etika orang Jawa dalam bertamu, menyambut tamu dan memuliakan tamu. Tata krama ini penting untuk diterapkan bagi siapapun yang menjadi tamu dan tuan rumah agar tercipta keharmonisan, utamanya dalam masyarakat yang menjunjung tinggi etika dan tata krama Jawa. Agar kita mampu menjadi tuan rumah yang baik, dan menjadi tamu yang memiliki tata krama, adab dan sopan santun. Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua. 




Lebih baru Lebih lama