Hati Manusia Itu Kosong dan Hambar, Puisi Malam



Puisi, Hati Manusia itu Kosong dan Hambar
Malam berbintang/narasiinspirasi.com
oleh
Fajar Rafiki Wirasandjaya
(Hening Malam Sunyi, 13 November 2019)

Ekspresi dimulai ketika pikiran berakhir, 
Ekspresi dimulai ketika pikiran menjadi kenyataan
Kemudian hujan turun dibasuhlah aku dengan curahan airnya
Di sinilah kita...
Di atas langit nan jauh...
Menyeberang laut mendaki gunung-gunung yang tercemar noda
Menyaksikan semesta beserta akhir kisah yang mengiringinya

Menembus hujan bertualang jauh luas tak terbatas
Melalui bintang-bintang diantara kegelapan yang paling gelap
Menenggelamkan diri ke dalam telaga sunyi
Panas terik matahari dan dingin hujan tak lagi berarti
Berjalan beriringan dalam mimpi yang entah kapan akan berhenti

Pejamkan matamu untuk melihat hari yang lebih cerah
Tempat dimana sakit dan lapar tak pernah bisa mengganggu
Singkirkan debu-debu dari pelipis matamu
Basuhlah dengan embun pucuk dedaunan
Kemudian hapuslah kenangan akan ketakutan 
Kau tak akan pernah bahagia jika kau terus mencari kebahagiaan itu seperti apa
Kau pun tak akan pernah hidup jika kau masih mencari makna kehidupan

Sekali lagi kita seorang diri menyusuri jalan yang sepi ini
Sendirian mengikuti samar cahaya bulan 
Berteman keheningan dan pekik binatang malam
Aku menemukan bahwa hati manusia itu kosong dan hambar
Kehidupan manusia dimulai di sisi lain dari keputusasaan
Kita tersesat dalam ingatan tentang apa yang kita tinggalkan
Kemudian ketakutan mengintai datang menyergap kembali

Di balik gulita selamanya ia akan bertahan di sana
Tenggelamlah ingatan dalam perihnya jeritan
Kemudian kita tersesat menyusuri jalanan sepi kemarin 
Ketiadaan terletak melingkar di jantung manusia
Tutuplah matamu untuk melihat cahaya yang lebih cerah

Dan sendirian kita berada di mana waktu tak bisa mengganggu
Aku adalah diriku sendiri dan aku ada berada disini
Melangkah lepas bebas berjingkrak tak ingin berhenti
Semesta mengenangmu dan harapan akan terus menyala 
Kata-kata yang keluar dari hati akan selalu sederhana
Dan hidup tidak akan berarti ketika kehilangan ilusi yang abadi

Di sinilah kita sunyi memandang jauh ke atas langit
Menyaksikan seluruh dunia dan bagaimana akhir kisahnya
Menembus salju, melintasi lembah, naik turun bukit
Gunung yang tercemar akan kita daki tanpa rasa sakit
Berbahagialah...
Berbahagialah...
Sekarang telah kita temukan cahaya penuntun...
Sekarang telah kita temukan cahaya penuntun...

Baca Juga

Puisi Malam  Eksistensi Malam Hari

Puisi Inspirasi  Gubuk Lusuh dan Lesu

Puisi Sedih dan Patah Hati: Romansa Mengekang Jiwa

Puisi Pendek Tentang Perjalanan Manusia dan Alam: Di Ujung Perjalanan Yang Membelenggu

Sekian terima kasih, jangan lupa mampir kembali ke narasiinspirasi.com
Narasi Inspirasi media terpercaya yang menyajikan informasi menarik seputar dunia Sastra, Sejarah, Sosial Politik, Pertanian, Peternakan dan Alam Pikir Manusia.

Narasi Inspirasi ©2019 narasiinspirasi.com





Lebih baru Lebih lama