Puisi Rindu: Dapatkah Aku Menjadi Penghujan Setelah Kemarau Mu?


oleh
Fajar R. Wirasandjaya
(Narasi Inspirasi, 26 Oktober 2019)

Puisi Rindu: Dapatkah Aku Menjadi Penghujan Setelah Kemarau Mu?
Ilustrasi Penghujan/narasiinspirasi.com

Telah datang hakikat rindu yang berusaha menyatu
Rindu milik para pecinta yang mendamba cintanya
Cintanya ternyata hanya ilusi, kosong tanpa isi
Mudah luruh, jatuh dan kemudian mati tak lama berganti

Tapi segera kusadari bahwa tiada logika di akal para pecinta 
Tak ada pilihan bagi jiwa, selain untuk memberi dan mengasihi
Cinta yang memenuhi hati akan menjangkau kebijaksanaan tertinggi
Bunga mawar kemuliaan akan bersemi
Tak peduli siapa yang akan memetiknya nanti

Bahagia suatu saat akan datang mengusir kecewa 
Wajah suram tak akan pernah datang lagi bersama muram
Kemuliaan akan menjadi penerangmu
Penghiburmu ketika berakhir perangmu

Sepi jiwamu akan segera pulih dan terobati
Angin malam kemudian berarak pergi membantumu mengusir sunyi
Sayapmu suatu saat nanti akan tumbuh
Menggantikan kaki-kaki mu yang lamban lagi rapuh
Semua rintangan akan dengan mudah kau tempuh
Kau akan mengangkasa di tempat nan jauh 

Sunyi akan pergi menelusup ke dalam belantara remang
Membebaskan jiwamu yang telah lama terkekang
Pelepah nyiur melambai teduh melepaskan sauh pengekang
Kuda akan berlari kencang tak peduli penghalang yang datang

Suatu ketika sang pengelana akan bertanya
Dapatkah aku menjadi penghujan setelah kemarau mu?
Tentu saja, tak akan ada yang bisa membatasimu
Engkau bisa menjadi hujan yang membasahi dan menumbuhkan
Jadilah engkau hujan yang menghapus air mata
Yang mengembalikan akal kepada jiwa sejatinya. 

Hujan yang menghidupi semut diantara kering bebatuan berlumut
Menyuburkan harapan yang tandus tak terurus
Menghalau ragu yang dulu tumbuh subur tak terganggu
Membasahi celah sempit bebatuan tanah yang telah sekian lama resah

Menghantar pasrah sang rakit. 
Melintasi aliran berliku menyusuri bukit
Hingga tiba di hilir samudera luas tak terbatas
Menumbuhkan bibit yang telah lama menunggu untuk bangkit
Kosong tanpa rasa menghadapi semua cobaan dan derita
Demikianlah para pecinta meneguk air di dalam cangkir
Cangkir yang berisi kebijaksanaan dalam bertindak dan berpikir

Baca Juga

Puisi Pendek: Titik Temu


Puisi Ketuhanan: Pendakian ke Alam Imajinal

Puisi Perjalanan: Elysia Seorang Avonturir

Puisi Cinta Romantis: Untukmu Kekasih 

Puisi Perjalanan: Segelas Tuak di Atas Gunung