Narasi Inspirasi: Gubuk Lusuh dan Lesu

Narasi Inspirasi: Gubuk Tua Lusuh dan Lesu
Ilustrasi Gubuk Tua dan Lusuh/Liggraphy Pixabay
Gubuk Tua dan Lusuh

oleh
Rafif Tosanda (Ig: @rtosanda)
(Malang Bersimbah Resah, 14 Oktober 2019) 

Gubuk ini dibangun untuk mereka yang seharusnya berjiwa ksatria. Tetapi hakikat perjuangan memang penuh kerikil dan derita. Manusia-manusia yang seharusnya penuh senyuman dan tawa. Namun nyatanya penuh kecewa, kesakitan, hingga tangisan.

Gubuk lusuh tua ini berusaha bertahan di tengah kepungan rerumputan. Rerumputan hijau yang membuat gila para manusia yang terlena. Bujuk rayu yang memperdaya dengan segala tipu dayanya. Tak ingin kalah, awan - awan putih pun sibuk menjanjikan keagungan Tuhan. Menjual murah janji-janji sorga dan ketentraman hati. Ilusi yang membutakan mata para penghambanya. Sehingga rela merubuhkan bangunan yang dicintai seluruh negeri

Gubuk ini tak menjaminkan hal-hal tersebut. Gubuk ini sebagai tempat singgah bagi yang ingin singgah. Sebagai pembelajaran bagi mereka yang benar-benar ingin belajar. Sebagai wadah bukan bagi mereka yang lemah. Bukan pula wadah bagi mereka yang mencari jalan tengah. Tapi wadah untuk menjadi pribadi bijaksana mengerti dan memahami. Lantas berjuang dengan suka cita sepenuh hati.

Gubuk ini memang masih jauh dari kata sempurna! Banyak celah di dinding yang berlobang sana-sini. Banyak hal yang harus dibenahi, ditata dan diatasi. Namun itulah celah bagi para tikus keparat. Atas nama rakyat singgah di gubuk ini demi kepentingan sesaat.

Sungguh miris dan sedih menyaksikannya. Melihat tiang dan atapmu ditukar dan dijual murah demi jabatan. Yang perlahan menjauhkan dengan mereka yang penuh lara dan hina. Dunia dipenuhi paradoks, ironis dan kontradiksi memang.Mereka yang katanya berjuang untuk si hina dan si tertindas. Namun dibelakang sibuk menghitung laba dari si kaya yang menindas.

Akan tetapi, tak melulu gubuk ini dipenuhi oleh para binatang jalang. Ada juga yang singgah dalam gubuk ini karena memang tulus berjuang. Mereka berjuang terlunta lunta demi cita mulia masa mendatang. Mereka yang tanpa pamrih menyulam, memaku dan memalu. Mengikat memperbaiki tiang dan atap meski sedih datang dan berlalu. Merekalah yang dibutuhkan gubuk lusuh nan lesu ini. Dan memang sudah tugas merekalah yang singgah untuk tetap terus peduli. Peduli pada gubuk ini dan peduli pada bumi pertiwi tercinta ini.

Baca Juga

Puisi Alam: Angin dan Malam

Puisi Pendek Tentang Rindu: Merindu Kembali

Puisi Pendek: Sang Pencari

Puisi Malam: Slamet dan Banyu Alam

Puisi Perjuangan: Engkau Telah Tumbuh Dewasa

Puisi Malam Dingin: Perapian Perapian Kecil




#Puisi #Narasi
#Sajak #Narasiinspirasi
#Sastra #Cerita

Disclaimer:
Narasi Inspirasi, sebuah media berbagi rasa, tempat menarasikan cita, cinta, sastra dan cerita. narasiinspirasi.com
Copyright©2019
Lebih baru Lebih lama