Puisi Kritik Sosial: Surga Neraka, Sebuah Refleksi Kehidupan

Surga Neraka


oleh
Fajar R. Wirasandjaya
(Semesta Hening, 07 Juli 2019)

Pagi telah tiba kemudian aku terbangun
Embun pagi menyingkap cahaya tepat di pelupuk mata
Menghirup kopi menghisap lintingan  tembakau
Aku yang berdiri hanya menemukan refleksi
Melihat dalam sebuah realitas surga fantasi
Kemudian kesadaran-diri yang belum menemukan dirinya melahirkan dogma. 
Sebuah teori umum tentang dunia, 
Otoritas moralnya, basis penghibur dan pembenarannya yang universal

Realisasi inti manusia yang penuh fantasi
Karena inti dari diri sendiri belum memiliki realitas yang nyata
Maka, perjuangan melawan fantasi secara tidak langsung adalah perjuangan melawan sebuah ilusi serta aroma spiritualnya
Kesengsaraan agamis merupakan ekspresi kesengsaraan riil
Protes terhadap kesengsaraan yang nyata, 
keluhan dari para makhluk tertindas yang sengsara
Jantung dari sebuah dunia tanpa hati,
jiwa untuk keadaan yang tak berjiwa.

Hapuskanlah kebahagiaan-kebahagiaan ilusioner kosongmu
Realitas mnuntut agar dirimu dibahagiakan dalam kenyataan sebenarnya
Sebuah pencerahan supaya aku dan kau,
melepaskan diri daripada ilusi tentang keadaanmu,
melepaskan keadaan dimana ilusi itu tak diperlukan dalam dunia yang penuh kesedihan

Supaya kau dan aku mampu berpikir,
bertindak, dan menghiasi kehidupan nyata
Seperti seorang manusia yang telah menyingkirkan imajinasinya 
dan memperoleh kembali kesadarannya. 
Supaya sadar dan kembali bergerak memutari diri dan sekelilingnya yang nyata 
Kesadaranmu dari nya akan merenggut bunga-bunga ilusioner yang merantai

Jika tidak agama hanya akan menjadi matahari ilusi, 
yang berputar mengitari manusia
Lebih dari itu dia harus bangun sadar dan berputar
mengitari dirinya sendiri untuk bertransformasi secara nyata
Bukan supaya engkau dan aku terus mengenakan rantai yang tak terhias dan suram
Melainkan agar lepaslah rantai jeruji itu dan memetik bunganya yang nyata memanusiakan manusia
 
 

Baca Juga

Puisi Penghianatan dan Sajak Patah Hati: Mungkin Semua Butuh Jeda

Puisi Ditolak Cinta: Pelangi Diantara Hujan


Puisi Sedih: Sepertiga Malam

Puisi Pendek Perenungan: Dialog Rumput Kering 

Puisi Malam: Malam di Ujung Kabut 


Puisi Tentang Politik dan Agama: Aku Mabok Agama


Lebih baru Lebih lama