Aku Mabok Agama, Sebuah Puisi Tentang Politik dan Agama

Aku Mabok Agama


oleh
Fajar R.Wirasandjaya
(Di Atas Genteng, 19 Juli 2017)

Langkah sempoyongan berbusa anggur sematkan kata permata
Kalimat-kalimat mujarab pengusir dosa
Tahukah kau apa yang menyentak hingga terjaga?
Tangan mulus jemari pelayan kedai tua
Tempat gelas gemerincing menenggak anggur cinta
Yang membangunkan ku dari khilaf dunia

Akibat mabok agama aku lupa Tuhan
Ingkar dengan ketentuan yang telah digariskan
Sehingga merasa diri paling benar
Semakin rusaklah manusia kalau sudah mengingkari hati nurani,
Selalu ingin menang dan merasa unggul diri

Ingin meluruskan orang lain sementara dirinya masih bengkak-bengkok,
Merasa akulah kebenaran padahal logika masih jongkok
Mikirin kafirnya orang lain sementara kekufuran sendiri lupa, 
Tidak pernah mau merenung sejenak mengukur kedalaman batinnya

Menuntut orang lain untuk memahami pemikiranya 
Tapi tidak mau mencoba memahami pikiran orang lain,
Ibaratnya mabuk vodka aku masih bisa ketawa
Tapi kalau mabuk agama sudah pasti rusaklah jalan pikirannya,

Jatuh cinta sungguhlah tapi jangan mabuk,
Sesuatu yang tak memiliki kontrol logika,
Welas asihlah teladan penuh cinta
Seperti halnya seorang Budha yang mencintai penderitaan, atau lihatlah Sidharta gautama yang menemukan cintanya dengan cara menyiksa dirinya
Seperti Yesus Kristus yang menebus dosa manusia
Atau seperti Kresna yang dengan welas asih membimbing Arjuna
Seperti Nabi Muhammad yang membalas cinta kala dinista

Lalu menurut kalian;
Apakah dimabuk oleh cinta buta itu adalah sumber kebahagiaan?
Atau mekanisme pembentukkan jati diri,
yang mengkonstruksi kecerdasan? 
Baik itu spiritual, maupun emosional?
Dan semuanya menjadi terang bak bulan,
Makhluk seperti apa manusia itu: bijaksana, pandai, dan berakal dalam segala hal jika menyangkut orang lain, tapi tidak demikian kalau menyangkut dirinya sendiri

Baca Juga

Puisi Keraguan : Gejolak Diri

Puisi Cinta : Embun Sisa Hujan

Sajak Tentang Kemiskinan: Kemiskinan dan Penderitaan

Puisi Tentang Rindu: Jalan Semesta

Puisi Tentang Sunyi: Mawar Sunyi Bersemi

Puisi Tentang Keyakinan: Dalam Mimpiku

Puisi Tentang Kehidupan: Dandelion dan Rerumputan

Puisi Pendek Tentang Kehidupan: Monolog Lirih Tanpa Kata











Lebih baru Lebih lama