Virus Corona dan Membunuh Ketakutan, Sebuah Renungan


Tidak perlu takut virus korona
Virus Korona dan Membunuh Ketakutan/narasiinspirasi.com

Oleh
Fajar R. Wirasandjaya
(Tulungagung Cerah, 16 Maret 2020)

Kita bangsa yang kuat dan tangguh, gaplek, tiwul, ampog, blendrang tewel, ares debog pisang, menghantarkan kita tumbuh dan besar. Atap rumbia, dinding gedhek dari bambu, beralaskan bumi, ublik minyak tanah dan jelaga hitam sisa pembakaran yang menerangi gulita. 


Pakaian sederhana lusuh kumal, celana kedodoran, hidung ingusan, jalan kaki tanpa alas menyusuri sawah berlumpur sekedar mencari lauk makan. Perut buncit karena cacingan, minum air kendi, telah menemani kita tumbuh dan besar selama ini.


Kesulitan dan kesengsaraan adalah sahabat lama. Sehat seger waras karena nrimo. Nrimo ing pandum menerima dengan lapang dada dan bersyukur atas setiap karunia pemberian dari Tuhan. 

Kesengsaraan dan penderitaan yang sudah beratus tahun dialami membentuk karakter tangguh, tidak mudah mengeluh, ulet dan sabar. Melahirkan jiwa yang lapang dan ikhlas menghadapi kesulitan.

Orang tua menasehati " Kenapa mati wae bingung, apa ora luwih bingung yen sira urip nanging kepati pati? ". Perkara mati kenapa kita harus bingung dan risau? Tidak perlu kita merasa risau, bingung dan ketakutan. 

Semua makhluk bernyawa yang merasakan hidup sudah kodratnya pasti akan merasakan mati. Tidak perlu takut berlebihan, bukankah akan lebih sengsara ketika hidup tapi terus dibayangi oleh ketakutan-ketakutan akan kematian?
Demikianlah pula kesulitan yang kita hadapi kali ini, wabah virus Corona NCov19. Kita pasti bisa melampauinya meskipun harus dengan susah payah. Tidak sepantasnya kita ketakutan dan berputus asa, sekalipun tantangan yang paling sulit menghadang. Sesungguhnya akan datang kemudahan sesudah kesulitan. Kebahagiaan akan datang menyertai di belakangnya.
Terkadang kesulitan menghampiri kita, menyebabkan kita menangis, ketakutan atau bahkan menitipkan rasa sakit yang mendalam. Tuhan Yang Maha Kuasa telah berfirman,
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Al Insyirah: 5)

Ayat ini pun diulang setelah itu,

إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Al Insyirah: 6)

Mari kita mencoba untuk saling menguatkan dengan filosofi yang terkandung dalam ayat ini. Agar kemudian mendapatkan ketenangan dan kedamaian batin yang sempurna. Bahkan kepada perkara yang sangat mencekam sekalipun. Sepenuh jiwa kita telah yakin bahwa sesudah kesulitan itu akan datang kemudahan. Tuhan Maha Welas Asih lagi Maha Penyayang.



Setiap penyakit pasti ada obatnya dan tidak ada pula penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Hanya saja perkaranya manusia masih terbatas akan ilmu dan pengetahuan. Jikalaupun sudah tau mungkin saja caranya yang masih belum tepat. Disebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda dalam hadits shahih riwayat Bukhari

مَا أَنْزَلَ اللهُ دَاءً إِلَّا أَنْزَلَ لَهُ شِفَاءً
“Tidaklah Allah menurunkan penyakit kecuali Dia juga menurunkan penawarnya." (HR. Bukhari)


Tan Hana Wignya Tan Sirna, tidak ada halangan tidak ada pula kesulitan yang tidak bisa diselesaikan. Titahmu itu adalah untuk menjalani hidup bukan untuk memikirkan mati. Menjalani hidup yang penuh makna tanpa ketakutan-ketakutan yang kau ciptakan sendiri. 

Biarlah matahari yang perkasa tetap bersinar dan menjadi penerang di sekelilingmu. Cinta welas asih dan kasih sayang akan mengelilingimu. Dan biarkan cahaya suci dari dalam dirimu menuntun jalan mu untuk melangkah. Jangan takut dan panik, mari berbahagia!