Tantangan Dunia Peternakan Indonesia dalam Rangka Swasembada dan Kedaulatan Pangan


Peternakan Indonesia/narasiinspirasi.com
oleh
M. Arif Fadillah dan Fajar R. Wirasandjaya
(Malang Lekas Hujan, 02 Maret 2020)

Daftar Isi
  1. Kedaulatan Pangan Nasional
  2. Sektor Peternakan Indonesia Hari Ini
  3. Pertumbuhan Sektor Peternakan
  4. Persaingan Area Lahan Peternakan
  5. Lemahnya Sektor Pembibitan
  6. Perubahan Iklim
  7. Perkembangan Jenis Penyakit
  8. Kesimpulan

Kedaulatan Pangan Nasional

Populasi penduduk dunia pada tahun 2045 diprediksi akan mencapai angka 9,5 milyar jiwa dengan populasi penduduk Indonesia sebesar 324 juta jiwa (United Nation, 2019). Menurut BAPPENAS (2018) proyeksi penduduk Indonesia pada tahun 2045 diperkirakan sekitar 311 -< 318,9 juta jiwa. Perkembangan jumlah penduduk yang sangat pesat memiliki korelasi dengan kapasitas dan daya tampung suatu wilayah negara. 

Perkembangan hunian tempat tinggal, perkantoran, tempat pendidikan dan lain sebagainya akan turut berkembang pesat. Pola pembangunan modern di masa depan akan menggunakan pola pembangunan vertical karena lahan terbatas dan semakin menyempit. Selain itu laju peningkatan jumlah penduduk yang tinggi otomatis akan meningkatkan jumlah kebutuhan pangan yang harus disuplai untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pangan per kapita.


Tantangan Dunia Peternakan Indonesia di Masa Depan
Pola Pembangunan Hunian Vertikal/narasiinspirasi.com
Peningkatan pendapatan per kapita dan peningkatan kesadaran untuk mengkonsumsi pangan bergizi akan meyebabkan konsumsi protein hewani turut meningkat (daging, susu dan telur). Penurunan daya beli dan pendapatan juga akan mempengaruhi tingkat konsumsi protein hewani di masyarakat. Yusdja dan Ilham (2007) menyatakan krisis ekonomi tahun (1997-2000) memberikan dampak yang nyata terhadap penurunan daya beli dan pendapatan per kapita masyarakat, yang mengakibatkan penurunan trend konsumsi daging dan telur.
Pemerintah sebagai regulator, pengontrol dan pengambil kebijakan berperan penting sebagai titik sentral untuk menjaga kestabilan ekonomi. Mengingat bahan baku produksi peternakan sebagian besar masih berasal dari impor, krisis dan kekacauan ekonomi akan berimbas besar terhadap daya beli serta tingkat konsumsi yang akan berimbas pada industri peternakan dalam negeri. Kemandirian pangan dan kedaulatan pangan sangat penting untuk diwujudkan mengingat pangan adalah salah satu obyek vital bagi keberlangsungan hidup suatu negara. Untuk mencapai kedaulatan maka hal yang penting untuk dilakukan adalah dengan meningkatkan kapasitas produksi dalam negeri utamanya sektor pangan yaitu pertanian dan peternakan. 

Sektor Peternakan Indonesia Hari Ini

Peternakan adalah sub sektor usaha pertanian yang hari ini berperan penting sebagai penyumbang utama kebutuhan daging, susu, dan telur nasional. Kinerja peternakan tercatat mengalami peningkatan signifikan selama kurun waktu 2015 sampai dengan semester I 2019. 

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH), Kementerian Pertanian, I Ketut Diarmita menyampaikan bahwa pada tahun 2018 PDB sub sektor peternakan mencapai 231,71 triliun atau berkontribusi 16,35% kepada total PDB sektor pertanian yang sebesar Rp. 1.417,07 triliun. Nilai investasi PMDN tahun 2018 sub sektor peternakan mencapai Rp. 866,46 milyar sedangkan investasi PMA mencapai USD 119,03 juta (Kementan, 2019)

Ilustrasi Kepadatan Penduduk/narasiinspirasi.com
Komoditas peternakan merupakan salah satu target pembangunan pertanian dalam mewujudkan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia pada tahun 2045. Bisnis di bidang peternakan dan kesehatan hewan memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan. Oleh karena itu bisnis di bidang peternakan dan kesehatan hewan akan terus berjalan dan berkembang, seiring dengan kebutuhan masyarakat akan pangan terutama protein hewani.

Nilai ekspor komoditi peternakan selama 4 tahun terakhir terus mengalami peningkatan. Nilai ekspor komoditi sub sektor peternakan pada tahun 2015 hingga Juni 2019 mencapat Rp 38,39 triliun. Nilai ekspor tersebut merupakan bukti, bahwa industri peternakan memiliki potensi untuk terus berkembang. Oleh karena itu, pemerintah melalui Kementerian Pertanian, khususnya Ditjen PKH harus terus mendorong investasi sub sektor peternakan, terutama untuk bidang pembibitan, dan industri hilir untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing komoditi peternakan.


Industri peternakan merupakan industri agribisnis yang mencakup hulu hingga hilir. Industri pendukung on farm peternakan, meliputi berbagai industri yang tidak bisa dipandang sebelah mata, karena merupakan industri dengan nilai bisnis yang besar mencapai nilai trilyunan rupiah. Diantaranya adalah industri obat hewan, vaksin, bahan baku pakan, feed additive, produk olahan pangan, non pangan termasuk by product. Bahkan industri by product peternakan menembus pasar ekspor, seperti tepung bulu ayam untuk keperluan pakan ternak.

Kurangnya kapasitas produksi dari dalam negeri menyebabkan bahan baku produk peternakan akan terus menjadi komoditas impor. Resiko sebagai negara pengimpor yakni akan bergantung dengan kebijakan politik dan ekonomi negara pengekspor. Sehingga sulit untuk mencapai kemandirian dan kedaulatan pangan. 

Pertumbuhan Sektor Peternakan

Banyak faktor yang meyebabkan terhambatnya pertumbuhan atau produksi ternak, antara lain persaingan lahan area peternakan dengan lahan area perkebunan/pertanian dan tempat aktifitas manusia (rumah, sekolah dll) yang memicu persaingan pakan ternak dengan pangan manusia, lemahnya sektor pembibitan, perubahan iklim dan perkembangan jenis penyakit pada ternak.

a. Persaingan Area Lahan Peternakan


Tantangan Dunia Peternakan Indonesia di Masa Depan
Lahan Tanaman Pangan/narasiinspirasi.com
Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi di masa depan akan menjadi peluang sekaligus tantangan. Menjadi peluang ketika jumlah penduduk yang tinggi dapat dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan jumlah konsumsi komoditas produk peternakan seperti konsumsi protein hewani (daging, susu, telur) serta produk turunannya. Tantangan akan muncul ketika menyangkut masalah pengelolaan lahan untuk peternakan. 

Pertambahan penduduk yang tinggi menyebabkan meningkatnya angka kepadatan penduduk, lahan yang kian menyempit akan menyebabkan persaingan lahan untuk aktivitas manusia dengan usaha peternakan. Selain itu lahan untuk peternakan bisa dialih fungsikan untuk tanaman penghasil pangan daripada tanaman pakan sehingga usaha peternakan sedikit banyak akan terpengaruh.

Misalnya kebutuhan lahan untuk hunian, kebutuhan untuk lahan perkebunan/pertanian dll. berpotensi menggeser lahan budidaya peternakan. Bisa diatasi dengan sistem pertanian terpadu atau integrated farming system. Tingkat kepadatan penduduk yang tinggi menyebabkan peningkatan kebutuhan lahan untuk aktivitas manusia dan kebutuhan budidaya tanaman penghasil pangan pun turut meningkat. 

Mau tidak mau di masa depan peternakan akan dibudidaya secara intensif dengan teknologi tinggi yang membutuhkan investasi pembiayaan yang tidak sedikit pula. Diperlukan riset dan pengembangan teknologi serta human development yang mumpuni untuk mengelola industri peternakan di masa mendatang.


b. Lemahnya Sektor Pembibitan

Tantangan Dunia Peternakan Indonesia di Masa Depan
Pedet Bibit Sapi Perah/narasiinspirasi.com
Untuk mengatasi lemahnya sektor pembibitan, pemerintah perlu membuat kebijakan serta keputusan politik yang fokus menangani sektor hulu. Spesifiknya adalah membuat aturan dan keputusan politik untuk memacu usaha breeding ternak. 

Seluruh stake holder bersinergi dan menyamakan visi dengan seluruh pihak yang terkait dalam usaha ternak untuk bersama bahu-membahu membangun industri breeding ternak. Mempermudah perizinan industri, memperketat pengawasan dan mengamankan plasma nutfah asli Indonesia.


c. Perubahan Iklim 

Faktor iklim adalah salah satu pemegang peranan penting dalam berbagai sektor kehidupan, terlebih dewasa ini isu perubahan iklim menjadi salah satu topik yang sering diperbincangkan oleh masyarakat global. Perubahan iklim terutama disebabkan oleh peningkatan konsentrasi Gas Rumah Kaca (GRK) di atmosfer.

IPCC (2001) meyatakan, perubahan iklim dapat disebabkan oleh proses perubahan alamiah internal (misalnya badai El Nino) maupun eksternal (seperti perubahan persisten yang diinduksi oleh aktivitas manusia, berupa perubahan komposisi udara dan perubahan peruntukan tanah). IPCC (2001) Melaporkan :
  1. Temperatur permukaan bumi diproyeksikan meningkat antara 1,4°C sampai 5,8°C sebagai kisaran rata-rata global dari tahun 1990 sampai tahun 2010
  2. Pemanasan (ekspansi thermal) dari lautan, bersamaan dengan pelelehan gletser dan es di daratan, akan menyebabkan peningkatan permukaan air laut seluruh dunia, yang berarti permukaan air laut diproyeksikan naik 0,09 sampai 0,88 meter antara tahun 1990 sampai tahun 2010, hal ini akan berlangsung terus bahkan setelah konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi stabil; 
  3. Kejadian cuaca ekstrim seperti gelombang panas, kekeringan, dan banjir diprediksi akan terus meningkat, demikian juga temperatur minimal yang lebih tinggi dan semakin sedikit hari-hari yang dingin; 
Tantangan Dunia Peternakan Indonesia di Masa Depan
Es di kutub mencair karena pemanasan global/narasiinspirasi.com
Perubahan iklim menyebabkan perubahan pola iklim semakin tidak menentu dan menyebabkan anomali cuaca yang bertentangan dengan kebiasaan sebelumnya. Akibat dari perubahan pola iklim tersebut dapat menyebabkan awal musim hujan dan kemarau bergeser, kejadian cuaca ekstrim berupa angin kencang, hujan lebat, hujan es dan lain sebagainya menjadi semakin sering terjadi. Intensitas dan distribusi curah hujan berubah, suhu dan kelembaban udara rata-rata pun mengalami perubahan. Perubahan ini terjadi secara spasial maupun temporal (Risnayah, 2014).

Hubungan perubahan iklim dunia terhadap ternak belum banyak dipelajari, akan tetapi perubahan temperature memberikan dampak terhadap produksi ternak. Peningkatan temperature pada unggas dapat meyebabkan stress, cekaman panas yang memberikan efek negative pada ternak. Munculnya stres panas pada ternak unggas dapat menjadi pemicu munculnya berbagai macam penyakit, laju pertumbuhan dan produksi telur menurun dan berakhir dengan turunnya tingkat produksi serta keuntungan. Penurunan produksi (pertumbuhan dan produksi telur) selain karena faktor iklim juga disebabkan oleh berkurangnya retensi nitrogen dan berlanjut ke penurunan daya cerna protein dan beberapa asam amino (Tabiri, Sato, Takashi, Toyomizu dan Akiba. 2000).


Tantangan Dunia Peternakan Indonesia di Masa Depan
Peternakan Ayam/narasiinspirasi.com
De Rensis dan Scaramuzzi (2003) meyatakaan  stres panas yang berlanjut akan menyebabkan terjadinya penurunan produktifitas dan kinerja reproduksi sapi. Faktor lingkungan yang mempengaruhi efisiensi reproduksi meliputi suhu, intensitas cahaya matahari, kelembaban udara, kecepatan angin dan curah hujan berkontribusi besar terhadap tingkat stres panas pada sapi perah (Hansen, 2009). 

Sumber bahan pakan ternak sangat besar kaitanya dengan perubahan iklim, kemarau panjang sangat berdampak pada ketersedian pakan ternak ruminansia berupa hijauan pakan ternak. Sumber bahan pakan ruminasia dan non ruminansia sebagiaan besar hasil dari produk pertanian, baik hasil utama dari pertanian, industry pengolahan produk pertanian dan limbah pertanian yang sangat dipengaruhi oleh iklim. Musim kemarau yang panjang dapat meyebabkan kekeringan. Kekeringan sangat besar kaitannya dengan produktifitas pertanian. Penurunan produktifitas akan berpengaruh pada persaingan pakan dan pangan.

d. Perkembangan Jenis Penyakit 

Tantangan Dunia Peternakan Indonesia di Masa Depan
Ilustrasi Virus/narasiinspirasi.com
Mc Michael dan Woodruff (2008) meyatakan dampak dari pemanasan global dan perubahan iklim seperti yang terjadi diatas merupakan keadaan yang dapat memicu perubahan kehidupan biologis berbagai agen patogen seperti virus, bakteria, parasiter dan kapang. Berbagai spesies hewan dan berbagai vektor seperti nyamuk, lalat atau caplak sebagai hospest yang berperan dalam menularkan penyakit ke berbagai spesies hewan.

 Keadaan ini akan melahirkan penyakit baru seperti bermutasinya virus flu burung atau memunculkan penyakit yang sudah lama hilang atau dorman. Perubahan iklim dan pemanasan global berpotensi memunculkan kembali penyakit yang telah lama hilang bahkan bisa juga memunculkan penyakit baru yang merupakan hasil mutasi.

Penyakit yang muncul berpotensi menjangkiti ternak. Berbahaya jika muncul suatu penyakit epidemi yang sifatnya zoonosis menular dari ternak ke manusia atau bahkan antar manusia. Wabah penyakit berpotensi mengacaukan masyarakat dan mengacaukan sistem perekonomian suatu negara. 

Pemerintah lewat kementerian dengan seluruh stakeholder ataupun akademisi harus bersiap mengantisipasi ancaman munculnya suatu wabah atau epidemi yang bisa saja di masa depan menyerang negara secara sengaja ataupun tidak. Riset-riset tentang virus, bakteri, dan agen biologis lain yang berpotensi berkembang menjadi wabah penyakit harus di dukung dan didanai, membangun fasilitas kesehatan dan fasilitas penelitian dengan teknologi tinggi yang mumpuni.

Kesimpulan

Meminjam istilah Jawa "Tan Hana Wighna Tan Sirna", tidak ada rintangan yang tidak dapat diatasi, tidak ada tantangan yang tidak dapat dituntaskan, tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan. Begitupun pula tantangan dunia peternakan di masa depan akan bisa diatasi dengan kerjasama bahu membahu dengan semua kalangan.  

Adapun adaptasi terhadap perubahan iklim telah banyak dilakukan salah satunya pembuatan kandang close house yang merekayasa lingkungan di dalam kandang tetapi tetap dipengaruhi lingkungan dari luar. Inovasi pengurangan gas rumah kaca yang dihasilkan ternak terus dilakukan antara lain dengan menambahkan saponin atau minyak pada ternak ruminansia terbukti mampu mengurangi gas rumah kaca. 


Masa depan peternakan Indonesia harus dilihat secara menyeluruh tidak bisa secara parsial. Perlunya kerjasama antara semua pihak baik pemerintah, pebisnis, industri, seluruh stakeholder, dan akademisi baik dibidang ekonomi, peternakan, pertanian, lingkungan hidup, dan lain sebagainya untuk merancang sebuah sistem yang memberikan dampak positif pada masing-masing bidang khususnya bidang peternakan dan pertanian. 

Mengusung konsep ekonomi berkelanjutan yang ramah lingkungan dengan memperhatikan kedaulatan pangan untuk mencapai kemandirian bangsa dan negara. Sehingga bisnis di bidang peternakan dan kesehatan hewan akan terus berjalan dan berkembang serta mampu menghadapi tantangan zaman. Seiring dengan kebutuhan masyarakat akan pangan terutama protein hewani, industri dan dunia peternakan harus tetap lestari dan memberikan dampak yang besar untuk pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.


Daftar Pustaka


BAPPENAS. 2018. Proyeksi Penduduk Indonesia 2015-2045 Untuk Pengambilan Kebijakan Berbasis Data Akurat. Jakarta

De Rensis F, Scaramuzzi RJ. 2003. Heat stress and seasonal effects on reproduction in the dairy cow  a review. Theriogenology 60:1139–1151.

Ditjen PKH. 2019. http://ditjenpkh.pertanian.go.id/pdb-sektor-peternakan-tahun-2018-mencapai-231-71-triliun. diakses pukul 18.54 hari Senin 02 Maret 2020.

Hansen PJ. 2009. Effects of heat stress on mammalian reproduction. Philosophical Transactions of The Royal Society B (364): 3341-3350.

IPCC (Intergovenrmental Panel on Climate Change). 2001. Climate Change 2000 : Special Report on Methodological and Technological Issues in Technology Transfer. Metz B, Davidson OR, Martens JM, van Rooijen S and Wie McGrovy (Eds). New York : Cambridge University Press.

MCMICHAEL, A.J. and R.E. WOODRUFF. 2008. Climate change and infectious diseases. In the social ecology of infectious diseases 1st Edition. MEYER, K.H. and H.F. PIZER (Eds.). London. Academic Press Elsevier pp. 378 – 407.

Risnayah, Siti. 2014. Analisis Kesesuaian Iklim Tanaman JagungDengan Proyeksi Iklim Menggunakan Skenario RCP 4.5 Di Sulawesi Selatan. Skripsi, Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Tangerang Selatan.

Tabiri HY, Sato K, Takashi K, Toyomizu M, Akiba Y. 2000. Effect of acut heat stress on plasma amino acid concentrations of broiler chickens. Japan Poult Sci. 37:86-94.

United Nation. 2019. World Population Prospects 2019. Department of Economic and Social Affairs Population Dynamics. Zurich

Yusdja, Yusmichad dan Ilham, Nyak. 2007. Suatu Gagasan tentang Peternakan Masa Depan dan Strategi Mewujudkannya. Forum penelitian agro ekonomi. Volume 25 No. 1, Juli 2007 : 19-28



Narasi Inspirasi media terpercaya yang menyajikan informasi menarik seputar dunia Sastra, Sejarah, Sosial Politik, Pertanian, Peternakan dan Alam Pikir Manusia.

Narasi Inspirasi ©2020 narasiinspirasi.com




Lebih baru Lebih lama