Dilema Organisasi di Era Society 5.0



Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI)
Kaum Nasionalis/narasiinspirasi.com


Oleh
Risky Putra Satria
(Malang, 02 April 2022) 

''Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak meninggalkan/melupakan sejarahnya'', quotes tersebut merupakan pesan Bung Karno kepada para generasi penerus bangsa.

Pasti banyak yang bertanya-tanya, Apakah masih relevan organisasi mahasiswa ekstra kampus (OMEK) ataupun organisasi lain di masa perkuliahan?

Saat ini banyak mahasiswa yang hampir melupakan/meninggalkan sejarah pergerakan, padahal besar harapan kepada para mahasiswa tersebut suatu saat untuk berperan sebagai pelopor penggerak perubahan bagi negara ini. Mahasiswa yang memiliki sikap ksatria tanpa pamrih yang kritis tak segan membela siapapun yang patut dibela.


Menyampaikan aspirasi untuk membela rakyat dengan tindakan dan aksi nyata yang solutif. Tentu saja sebagai wadah untuk berpikir dan sebagai wadah untuk menggembleng diri dengan ciri khas kebangsaan, setiap organisasi khususnya organisasi pergerakan mahasiswa ekstra kampus sangat penting dan sangat dibutuhkan dewasa ini, utamanya di era digital dimana mayoritas kaum muda mengalami degradasi & krisis identitas. 

Lantas, bagaimana dengan mahasiswa jaman sekarang?

Mahasiswa saat ini tentu saja berbeda jauh dengan kondisi mahasiswa di jaman dulu. Mahasiswa sekarang terjebak dengan kondisi perkembangan arus budaya tanpa menyeleksi hal yang mereka serap/gali. Mahasiswa memang bukan pekerja sosial, tetapi mahasiswa harus mampu menunjukkan bahwa mereka adalah pelopor yang siap tampil memberi solusi terhadap berbagai permasalahan yang terjadi. Siap memberi gagasan baru dengan cerdas sesuai disiplin ilmu yang dimiliki serta bersikap optimis ketika dihadapkan dengan suatu permasalahan sosial sehari-hari. 


GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia) sebagai organisasi kader dan organisasi perjuangan yang berideologi Marhaenisme, mengedepankan metode berfikir marhaenis (MBM)/materialisme-dialektika-historis (MDH) dengan TRISILA nya yakni sosio-nasionalisme, sosio-demokrasi, dan Ketuhanan Yang Maha Esa) tentu saja tak lepas dari berbagai hambatan dan tantangan yang harus dihadapi dan dilalui khususnya di era digital saat ini. 


Generasi saat ini mungkin terbatas hanya sekedar tahu-menahu ''keraknya'' ideologi maupun hal-hal yang beririsan dengan keorganisasian. Pertanyaan pun muncul, ''Apakah mereka, para kader, tidak ingin memahami lebih luas tentang organisasi yang mereka geluti?''


Mari kita kupas sedikit tentang GMNI, organisasi ini memiliki asas dan doktrin perjuangan meliputi Pancasila, UUD 1945, MARHAENISME, dan Pancalogi. 

Mungkin sudah banyak kader yang mengetahui Pancasila dan UUD 1945 hingga asas-asas ideologi, bagaimana dengan pancalogi?

Mengenal Pancalogi GMNI

Pancalogi GMNI terdiri dari 5 dasar yaitu Ideologi, Revolusi, Organisasi, Studi, dan Integrasi. Inilah yang harus menjadi dasar mengapa kita mengikuti organisasi GMNI, kenali ideologi yang diyakini dan diperjuangkan, kenali arah pergerakannya, tata dan tertib aturan organisasinya, kewajiban untuk berprestasi sesuai kualifikasi studi/pendidikannya, serta meleburlah dalam pergerakan aksi nyatanya.


Tidak hanya itu, GMNI maupun OMEK lainnya pasti memberikan fasilitas untuk para kadernya untuk mengasah soft skill maupun hard skill. Banyak muatan lokal maupun ilmu-ilmu yang akan kalian dapatkan apabila mengikuti suatu organisasi, bahkan ilmu yang sudah kalian serap tersebut sangat berguna di lapangan maupun di masa yang akan datang.

Saat ini teman-teman pasti paham bahwa dunia sudah memasuki era society 5.0. 

Apa itu society 5.0? 

Menurut Suwandono (2021) Society 5.0 adalah masyarakat dapat menyelesaikan berbagai tantangan, rintangan hingga permasalahan sosial dengan memanfaatkan berbagai inovasi yang lahir di era Revolusi industri 4.0 seperti Internet on Things (internet untuk segala sesuatu), Artificial Intelligence (kecerdasan buatan), Big Data (data dalam jumlah besar), bahkan robot untuk meningkatkan kualitas hidup manusia.


Jaman dahulu jendela dunia adalah buku, namun saat ini dunia sudah berkembang dan informasi bisa didapatkan dengan mudah secara GRATIS di Internet. Berbeda dengan generasi sebelumnya yang mana harus mencari referensi/literasi dari buku yang membutuhkan effort lebih, sekarang generasi muda dapat mengakses referensi dari berbagai macam objek maupun sudut pandang dengan mudah. Inilah yang akan menjadi tantangan besar kader GMNI kedepannya, pisau analisis mereka harus lebih tajam untuk mengolah informasi dan menghadapi permasalahan-permasalahan yang ada nantinya.


Bagaimana cara menajamkan pisau analisis kader? 

Tentu saja dengan menggali informasi sebanyak-banyaknya, mendapatkan data-data yang valid, mengolahnya untuk dibahas atau didiskusikan dan brainstorming.

Seperti diskusi secara formal atau informal, tukar fikiran atau alih informasi dengan berbagai kalangan termasun para alumni organisasi. Mengkaji pokok permasalahan yang nantinya dituliskan ataupun dinarasikan ke publik, dan lain sebagainya. Bagaimana dengan kader yang saat ini tidak berdomisili di suatu wilayah bersamaan dengan kader lainnya? Mereka dapat ‘’berselancar’’ di Internet, saat ini GMNI sudah memiliki banyak platform online yang bisa diakses kapan saja dan dimana saja. Misalnya website, spotify, instagram, twitter, youtube, dan masih banyak lagi.


Banyak sudah perjuangan alumni maupun kader sebelumnya yang bisa diambil hikmahnya oleh kader saat ini. Jangan sungkan, gengsi maupun enggan membahas topik-topik yang cukup berat maupun sekedar bertanya atau berdiskusi dengan mereka. Kita harus ingat karakter bangsa dari akar rumput rakyat Indonesia adalah ‘’Gotong Royong’’. 

‘’Bhinneka Tunggal Ika’’ merupakan motto yang mengingatkan kita bahwasannya kita tidak bisa bergerak sendiri-sendiri, bergerak satu suku saja, satu agama saja, satu ras saja, akan tetapi sejatinya kita harus bahu membahu. 


Apakah GMNI sudah kehilangan kesangarannya? 

Tentu masih belum terlambat bagi teman-teman kader untuk bergerak secara progresif  mencapai tujuan dan amanah ideologi. Kader-kader tentu saja memiliki cukup banyak pandangan tinggal bagaimana mengeksekusi dan melakukan aksi nyata terhadap pemikiran tersebut.


Kesimpulannya adalah kader GMNI bukanlah mahasiswa biasa, tetapi merupakan kaum intelektual yang mampu dan harus menjadi basis pergerakan dalam perubahan kondisi sosial maupun sistem itu sendiri. GMNI adalah wadah mahasiswa dalam melakukan suatu pergerakan yang nyata sudah terbentuk dari jaman orde lama hingga saat ini, tidak diragukan lagi kiprah dan sumbangsih nyatanya bagi bangsa dan negara, bagaimana para kader mengolahnya tergantung dengan kondisi, situasi dan relevansi yang dihadapi saat ini.

Era revolusi industri 4.0 sudah berkembang menjadi era Society 5.0  jangan terlena dengan teknologi dan jangan hanya menjadi budak teknologi. Teknologi merupakan alat bantu yang harus kita manfaatkan seoptimal mungkin untuk kemaslahatan dan kemajuan bersama yang keberadaanya harus membuat kita menjadi lebih progresif bukan sebaliknya. Kita dituntut untuk lebih adaptif, lebih kritis, lebih tanggap dan lebih solutif menjadi problem solver yang progresif saat melebur dan dihadapkan permasalahan masyarakat sehari-hari. 

Sekian tulisan dari kami, sedikit banyak semoga bermanfaat. Merdeka!!! 



Lebih baru Lebih lama