Belajar Berlogika Biar Agak Waras, Filosofi Tentang Logika Dasar


Belajar Berlogika/narasiinspirasi.com

Oleh
Fajar R. Wirasandjaya
(Sore Hari Pinggir Sawah, 23 April 2017)

Halo rakyat tercinta, akhir-akhir ini kita seringkali terjebak dalam suatu isu, penggiringan opini dan fitnah murahan. Istilah umumnya adalah "hoax", yang tentu saja isu ataupun penggiringan opini tersebut belum tentu benar. Seringkali karena kepolosan dan daya nalar kritis yang lemah akhirnya kita terperdaya kemudian menganggap hal tersebut sebagai suatu kebenaran. 

Seperti halnya kata mbah Joseph Goebels sang menteri propaganda Nazi, suatu hal yang keliru akan menjadi kebenaran umum jika hal tersebut sering didengungkan secara masif. Untungnya kita oleh Yang Maha Kuasa diciptakan dan dibekali sebagai manusia yang berakal waras. Maka dari itu penting sekali ketika menghadapi suatu problem ataupun masalah kita perlu menganalisis dan mencari kebenarannya menggunakan ketajaman berpikir dan akal logika.
Rakyatku tercinta, seperti yang kita tahu sebuah kalimat sesungguhnya dibangun oleh susunan kata-kata. Bila susunan kata itu tak rapi, tak punya makna, ia bukan kalimat. Kata-kata yang disusun itu kelak dapat membentuk pernyataan, pertanyaan, perintah atau permintaan. Dari keempat itu, hanya pernyataan (proposisi) saja yang memiliki nilai benar atau salah. Nilai ini hanya boleh dimiliki satu saja pada satu kesempatan. Artinya, benar dan salah tidak bisa secara serempak bebarengan menjadi nilai sebuah pernyataan. Benar ya benar kalau salah ya salah.


Rakyatku yang berbahagia, dalam khasanah ilmu, “pernyataan” ini lebih dikenal sebagai “teori”. Karenanya, perdebatan dalam lapangan ilmu hakikatnya merupakan perdebatan apakah pernyataan itu memiliki nilai benar atau salah. Ramai perdebatan ini bermula sejak era ribuan tahun lampau hingga kini. Ada nama-nama Mbah Plato, Mbah Aristoteles, Mbah Al Kindi, Mbah Bacon, Mbah Pierce, Mbah Russel, Mbah Whitehead dan mbah-mbah yang lain.

Pernyataan “Semua manusia akan mati” dan “Sego Pecel Mak Lah lebih enak dari sego pecel Yu Sutini” dapat memiliki nilai benar atau salah. Tentu saja, sebelum menyematkan nilai “benar” atau “salah”, perlu diupayakan penelitian terhadap pernyataan itu. Ikhtiar ini dapat ditilik dalam berbagai buku filsafat logika, misalnya buku semacam “Filsafat ilmu, sebuah pengantar populer” yang ditulis Jujun S. Suriasumantri.

Ada 3 kriteria buat meneliti suatu pernyataan, apakah ia benar atau salah. Tiga kriteria itu yakni teori koherensi, teori korespondensi dan teori pragmatis.

Menurut teori koherensi, pernyataan akan dianggap benar jika pernyataan tersebut bersifat koheren (bertalian secara logis) atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang telah dianggap benar. Teori ini dikembangkan oleh para filosof Yunani, Mbah Plato dan Mbah Aristoteles, juga Mbah Euclides. Ini adalah cara pikir deduktif.

Dalam pandangan teori korespondensi, nilai kebenaran pernyataan dilihat dari materi yang terkandung dalam pernyataan tersebut apakah berkorespondensi dengan objek yang dituju atau tidak. Misalnya, Ibu kota Indonesia adalah Jakarta. Ini pernyataan yang benar sebab pernyataan itu berkorespondensi dengan kenyataan. Cara pikir macam ini dikenal sebagai cara pikir induktif.

Dua pandangan di atas berbeda dengan teori pragmatis ala Mbah Pierce. Menurut teori ini, nilai benar atau salah akan ditemukan dalam konsekuensinya sebagai tindakan. Jadi, pernyataan akan benar jika pernyataan itu punya guna praktis dalam kehidupan sehari-hari. Karenanya, sebuah pernyataan yang dulu bernilai benar, suatu waktu, ketika ia sudah tak lagi fungsional akan dianggap sebagai pernyataan yang salah. Misalnya jaman dulu dianggap benar ketika mengolesi luka dengan kotoran tapi jaman sekarang ketika dunia kedokteran berkembang hal tersebut keliru karena ternyata menimbulkan infeksi. 

Sekali lagi, pernyataan hanya dapat bernilai satu, yaitu pernyataan hal yang benar atau pernyataan hal yang salah. Benar ya benar salah ya salah. Demikian uraian singkat, semoga bermanfaat, jika masih mumet silahkan hubungi warung kopi terdekat, hehe. Terima kasih. 

Lebih baru Lebih lama