Palu dan Arit di kebun Tembakau, Puisi Tentang Kritik Sosial

Palu dan Arit di kebun Tembakau


oleh
Fajar RW 
(Di Atas Genteng, 03 Oktober 2017)

"Tuan-tuan hendak kemana? Ujar seorang bertubuh kurus lagi dekil mencegat iring-iringan rombongan orang kaya"
Lantas mereka menjawab, "mencapai cakrawala senja di kolong langit", 
"Bisakah Tuan-tuan barangkali memberi sedikit pemahaman kepada hamba tentang manusia?"
"Apakah itu kisanak?", Tanya si Tuan penasaran. 
"Pemahaman tentang manusia yang memanusiakan manusia." jawab si miskin. 
Kemudian ia melanjutkan bertanya, 
"Kami buta terhadap hal itu Tuan.
Kami telah lama tenggelam dalam penderitaan, 
tidak ada yang peduli kepada kami, dan kemiskinan itu amatlah pedih" 

"Lantas apa yang dapat ku perbuat?" ujar si Tuan. 
"Tuan-tuan hanya perlu mendengar dengan khusyuk lantas mengamati sekeliling. 
Rasakan tuan, betapa angin sejuk bertiup sepoi menggoyang dedaunan. 
Kayu kayu jati mulai meranggas di musim kemarau. 
Menggetarkan hati menyentuh kalbu,
dibalik keindahan yang tuan rasakan dan dambakan inilah telah terkubur disana sebuah hikmah penyadaran" Ujar si miskin. 

"Gubuk gubuk reyot diujung kebun tembakau disanalah hamba bersua, 
Tak ada barang mewah, makanan sekedar nya
Yang penting ada garam dan cabe, hamba sudah sangat bersyukur, "
Dan Tuan-tuan lihat palu dan arit ini hanyalah modal hamba, 
Menggembleng diri menancapkan cita pada anyaman dinding gedhek
Yang sudah rapuh hampir rubuh di makan dan dihisap oleh pengerat tua. 
...