Kisah Seorang Pecinta yang Patah Hati Karena Ditolak Cinta

Merpati Putih Terbang Tinggi


oleh
Fajar R. Wirasandjaya
(Malang Hampir Tumbang, 09 Mei 2015)

Pertama kali mengenalmu yang terlintas adalah keindahan. Senyum manis mengubah cerita, membuatku yang hina seketika jatuh cinta. Tiap hari bertemu dalam situasi dan romansa yang sama semakin membuat jiwa yang rapuh ini gila. Entah kenapa hati ini selalu damai tatkala di dekatmu dan berjalan beriringan denganmu adalah suatu kedamaian. 

Hari hari pun berlalu keindahaanmu semakin tak terbantahkan, tatapan dan senyuman yang menenteramkan. Tidaklah rela menyaksikan ceriamu dipenuhi oleh kemurungan. Senyum manis berseri terasa bahagiamu juga bahagiaku meski kadang terasa pahit dan sulit. Percayalah bahagiamu adalah bahagiaku.

Seperti elok merpati yang indah terbang tinggi. Ku gambarkan engkau sebagai simbol keindahan. Hingga tibalah waktunya engkau hinggap di dahan yang berseberangan. Wahai zat yang selalu kukagumi, dalam diam rasa cinta di hati akan tetap lestari bersinggasana megah dalam naungan mega-mega yang gagah. Meskipun kau tak menganggapku ada, aku selalu setia dalam harap meskipun harus bersembunyi dibalik kerumunan yang sunyi. 

Meski air mata mengaburkan realita, cinta tetaplah cinta. Kucoba bernalar tentang cinta justru semakin samar dan nanar. Apa daya aku tetaplah seorang pengelana yang mencoba berdampingan bersama indahnya yang dicinta. Namun mungkinkah permata mulia boleh bersanding bersama buruk rupa yang hina? Pedih memang begitu terasa, apalah daya itu memang sudah kehendak semesta. 

Aku diam bukan berarti aku tak peduli kepadamu, aku diam bukan berarti aku tak memikirkanmu. Aku diam bukan berarti aku tak mengharapkanmu. Aku diam bukan berarti aku tak mencintaimu akan tetapi aku diam karena cukuplah kau bersemayam dalam jiwa dan dadaku. 

Biarlah cinta ini tenggelam dalam jiwaku, biarlah sepi ini menyelimutiku. Biarlah kegelisahan ini bertahta dalam dada. Hingga membawaku masuk ke dalam alam mimpi, dimana aku menari bersamamu dalam dekapan hangat yang dibawahnya mengalir sungai-sungai yang menyejukkan hati. 

Biarlah sang merpati terbang tinggi. Tidak mungkin memaksa untuk mencinta. Aku bukan orang yang sejahat itu. Dalam sunyiku aku mendoa berharap semoga engkau lekas berbahagia. Aku akan mengingat namamu di deras hujan, memandangmu dari kejauhan, dan berdo’a di tengah hening malam. Cinta dalam diam ini lah mungkin satu-satunya jalan. Terbanglah tinggi wahai merpatiku biarlah aku tetap setia di bawah sini mengembara di antara belantara yang sunyi... 



1 Komentar

Lebih baru Lebih lama