Pemuda dan Bangku Tua, Puisi Tentang Sunyi

Pemuda dan Bangku Tua

Pemuda dan Bangku Tua, Puisi Tentang Sunyi


Oleh
Fajar R. W
 (Malam, 09 Februari 2018)

Tatkala sang surya mulai beranjak pergi
Senja merah memudar di angkasa jauh
Mengibarkan bendera putihnya
Pertanda pekat gulita akan segera datang
Perlahan namun pasti angin bertiup sepoi dengan indahnya,
Menerpa rumpun bambu rimbun nan asri

Burung-burung terbang berlarian mencari tempat bernaung,
Ayam pulang meringkuk ke tempat sedia kala 
Bersiap menyongsong gelap menutup mata
Kelelawar mencicit bangun dari singgasana lelapnya
Bersiap mengarungi pekatnya gulita malam

Malam terasa panjang, udara dingin perlahan merayap senyap
Mengusik orang-orang yang terlelap
Jalanan sepi lentera redup perlahan menyala
Terdengar sayup-sayup anak kecil melantukan doa-doa ayat suci

Di bangku tua lelaki muda duduk seorang diri
Telah lama ia merasa sepi dalam ramai
Larut dalam sunyinya kekosongan
Hingga ia berjalan seorang diri ke tempat sepi
Dimana jarang orang yang akan bersua

Mencoba memahami dirinya sendiri
Di tempat sunyi nan sepi ia mencoba berdamai
Berdamai dengan badai yang berkecamuk dalam dadanya
Ia mencoba memahami setiap tarikan dalam nafasnya makna yang tersembunyi dalam hidup
Dialog dengan dirinya sendiri merenungi kenyataan

Makna apa sebenarnya dari keinginan
Apa itu kehendak
Apakah sebenarnya hidup itu
Makna dari apakah yang sejati
Terlalu lama ia termenung tanpa disangka
Air matanya luruh bersama rintik hujan yang mengguyur membasahi rona wajahnya
Menentramkan hati serta jiwa nya